NATO Siap Hancurkan Pasukan Rusia di Ukraina Jika Lakukan Serangan Nuklir

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 3 Oktober 2022 11:30 WIB
Jakarta, MI - AS dan sekutunya akan menghancurkan pasukan dan peralatan perang Rusia di Ukraina selain menenggelamkan armada laut Hitam jika Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir di negara itu. Ancaman itu disampaikan mantan direktur CIA dan pensiunan jenderal militer bintang empat, David Petraeus. Petreaus mengatakan bahwa dia belum berbicara dengan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan tentang kemungkinan tanggapan AS terhadap eskalasi nuklir dari Rusia. Akan tetapi pejabat Pemerintah AS telah berulang kali memberitahu pihak Moskow soal rencana itu. “Untuk membuktikan kepada Anda, kami akan merespons dengan memimpin upaya NATO secara kolektif untuk mengalahkan setiap kekuatan konvensional Rusia yang dapat kami identifikasi di medan perang di Ukraina dan juga di Krimea dan setiap kapal di Laut Hitam,” ujarnya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (3/10). Peringatan itu datang beberapa hari setelah Putin menyatakan pandangan yang banyak ditafsirkan sebagai ancaman perang yang lebih besar antara Rusia dan Barat. Ketika ditanya apakah penggunaan senjata nuklir oleh Rusia di Ukraina akan membawa Amerika Serikat dan NATO maju ke medan perang, Petreaus mengatakan bahwa langkah itu bisa diambil. Meski Ukraina bukan anggota NATO, AS dan NATO akan mengambil tindakan karena radiasi akibat serangan nuklir akan menimpa negara NATO. Petreaus mengakui bahwa kemungkinan radiasi akan meluas ke negara-negara NATO dan berdasarkan payung hukum Pasal 5 hal itu dapat ditafsirkan sebagai serangan terhadap anggota NATO. "Mungkin Anda bisa memahami kasus itu," katanya. Kasus lainnya adalah bahwa ini sangat mengerikan sehingga harus ada tanggapan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Namun, Petreaus menambahkan, “Anda tidak ingin, sekali lagi, terlibat dalam eskalasi nuklir di sini. Tetapi Anda harus menunjukkan bahwa ini tidak dapat diterima dengan cara apa pun.” Tekanan yang meningkat pada Putin setelah Ukraina memperoleh kemenangan di bagian timur negara itu, selain perlawanan terhadap upaya mobilisasi di Rusia, Petreaus mengatakan pemimpin Moskow itu telah “putus asa”.