Total Kerugian Telkomsel di GoTo Capai Rp 3,87 Triliun

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 11 Desember 2022 23:59 WIB
Jakarta, MI - Saham GoTo masih terus melanjutkan tren turun, dan mencapai level terendah sejak penawaran saham perdana, atau IPO pada awal April lalu. Hingga saat ini, harga saham GoTo masih terus anjlok, menyentuh batas bawah harian atau auto reject bawah (ARB), delapan kali berturut-turut. Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawan mengungkapkan, saham GoTo yang hari ini ditutup menjadi Rp 107 per saham, turun 68,3 persen dari harga perdana sebesar Rp 338 per saham. Dengan demikian, market cap (kapitalisasi pasar), atau nilai pasar, GoTo anjlok dari Rp 400 triliun pada saat penawaran harga perdana menjadi tinggal Rp110 triliun saja. Sementara Telkomsel juga ikut merugi sebesar Rp 3,87 triliun. "Gelembung harga saham ‘ponzi’ GoTo masih terjun bebas, hari ini mentok batas bawah lagi (ARB) turun Rp 8 menjadi Rp107 per saham. Kapitalisasi pasar menciut dari Rp 400 triliun menjadi Rp 110 triliun. Hari ini Telkomsel ikut rugi Rp189,8 miliar: total rugi menjadi Rp3,87 triliun," kata Anthony kepada Monitor Indonesia, Minggu (11/12) malam. Menurut Anthony, dengan total rugi sebesar ini, GoTo tidak akan bisa bagi dividen untuk jangka waktu yang sangat lama, sampai akumulasi rugi terkompensasi menjadi positif, yang mungkin tidak akan pernah terjadi. "Karena itu, pengembalian investasi di GoTo hanya dapat diharapkan dari kenaikan harga saham, yang mungkin juga tidak akan pernah terjadi, seperti dikatakan secara eksplisit di dalam prospektus, halaman 141," ungkapnya. Kalau perusahaan tidak bisa bagikan dividen, dan kenaikan harga saham hampir tidak mungkin terjadi, kenapa GoTo dibolehkan menawarkan sahamnya kepada publik? Ketika investor hanya bisa mengharapkan pengembalian investasinya dari kenaikan harga saham, lanjut Anthony, maka konsep ini sama saja seperti spekulasi dan gambling yang mempunyai karakteristik bagaikan ponzi. "Artinya, investor yang beli saham GoTo terakhir-terakhir akan menanggung rugi dari semua keuntungan investor-investor terdahulu," ungkapnya. Atas hal ini, tegas Anthony, seharusnya menjadi acuan bagi OJK untuk tidak memberi izin Go Public kepada GoTo dan menjadi pertimbangan serius bagi Telkomsel untuk tidak investasi membeli saham GoTo. "Tetapi, kenapa semua rambu-rambu ini ditabrak? Apakah ada kekuatan yang memaksa untuk menabrak semua rambu-rambu tersebut ? Semoga semua misteri Go Public GoTo dapat segera terungkap," pungkasnya.

Topik:

goto Telkomsel