Ekonom: Rakyat Baru Mau Bangkit Sudah Dicekok dengan Harga BBM!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 11 September 2022 11:27 WIB
Jakarta, MI - Ekonom senior Rizal Ramli menilai, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak atau BBM sangat tidak beralasan dilakukan. Menurutnya, kebijakan itu diperparah lantaran kondisi masyarakat yang sedang berusaha bangkit dari pandemi COVID-19. “Rakyat kita kan dua tahun kena COVID, berat sekali itu. Duit yang beredar juga masih sedikit. Nah ini COVID selesai waktunya bangkit. Baru mau bangkit sudah dicekok dengan harga BBM. Ini tidak bijaksana dan seenak-enake. Karena tidak ada alasan wong harga minyak mentah internasional turun,” kata Rizal Ramli seperti dikutip dari tayangan Karni Ilyas Club, Minggu (11/9). RR lantas mengingatkan, jika dulu pada awal perang Ukraina harga minyak mentah dunia 120 dollar perbarel. Sedangkan, hari ini kata dia, harga minyak mentah dunia sudah kembali turun menjadi 87 dollar. “Apalagi dua hari lalu di sidang OPEC, nyaris tidak ada pemotongan produksi yang tinggi. Artinya tren minyak bakal turun,” papar RR. RR pun menyoroti kontradiksi dari pernyataan pemerintah selama ini. Ditambah dengan tidak lagi sakralnya angka-angka yang seharusnya menjadi barang suci untuk menganalisa perekonomian. “Katanya indonesia hebat kuat ada surplus dar kenaikan beberapa komoditi. Dari batubara misalnya naik dari 60 dolar sampai di atas 200 dan sebagainya. Tadi ngaku-ngakunya surplus tapi sekarang ngaku tidak punya uang. Saya ini ekonom yang menganggap angka sebagai barang suci seperti di pengadilan sebagai barang bukti. Saya dengan staf kalau ada yang salah angka sangat marah. Karena kalau angka diubah-ubah bagaimana mau analisa,” beber RR. Eks Menteri Koordinator Kemaritiman ini menilai kredibilitas angka-angka yang sangat suci untuk menganalisa tersebut justru telah dirusak karena hanya demi untuk menyenangkan saja.

Topik:

BBM