BP-AKR Batal Beli BBM Pertamina: Sumber Impor Tak Jelas

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 3 Oktober 2025 1 jam yang lalu
SPBU BP-AKR (Foto: Ist)
SPBU BP-AKR (Foto: Ist)

Jakarta, MI - PT Aneka Petroindo Raya, operator SPBU BP-AKR, buka suara terkait belum tercapainya kesepakatan pembelian bahan bakar minyak (BBM) dasar dari PT Pertamina (Persero).

Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura, menjelaskan bahwa perusahaannya sebenarnya sudah melakukan negosiasi business to business (B2B) dengan PT Pertamina Patra Niaga (PPN). Namun, dari tiga syarat yang diajukan, masih ada satu poin krusial yang belum bisa dipenuhi Pertamina.

Vanda mengungkapkan bahwa Pertamina hingga kini belum dapat menunjukkan certificate of origin, yakni dokumen sertifikat yang menunjukan asal impor atau ketertelusuran sumber BBM dasaran yang ditawarkan Pertamina tersebut.

Padahal, dokumen tersebut menjadi syarat mutlak bagi BP Plc., raksasa migas Inggris, untuk menghindari potensi pengenaan sanksi imbas mengimpor BBM dari negara yang diembargo.

“Kenapa ini penting untuk kami? Karena salah satu shareholder kami ini kan bergerak atau mempunyai bisnisnya itu di lebih dari 70 negara. Jadi kami pun juga perlu mengadopsi standar atau hukum internasional,” jelas Vanda dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Kamis (2/10/2025).

Selain itu, Vanda mengatakan, BP-AKR juga memberikan syarat bahwa BBM yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Di samping itu, aspek komersialisasi juga menjadi syarat penting dalam proses negosiasi.

“Di aspek yang pertama, ini memang banyak pembicaraan yang agak panjang, yaitu kami membutuhkan tambahan satu dokumen. Jadi ini yang belum disepakati karena tambahan dokumen ini belum tersedia,” ujar Vanda.

Perwakilan PT Vivo Energy Indonesia, operator SPBU Vivo, juga membenarkan perusahaan sempat berminat membeli sekitar 40.000 barel BBM dasaran yang telah diimpor Pertamina Patra Niaga.

Namun, rencana itu akhirnya batal lantaran terdapat sejumlah kendala teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Pertamina.

“Namun, tidak menutup kemungkinan, kami tetap akan berkoordinasi dengan Pertamina untuk saat-saat mendatang, siapa tahu, apa yang kami minta itu bisa dipenuhi oleh Pertamina, dan kami akan beli dari Pertamina,” ucap perwakilan manajemen Vivo, dalam rapat yang sama.

Pada kesempatan yang sama, Pertamina Patra Niaga mengonfirmasi Vivo batal membeli base fuel sebanyak 40.000 barel yang telanjur diimpor oleh PPN, sebab terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.

Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis, BP-AKR dan Vivo batal melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam base fuel tersebut.

“Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” tutur Achmad dalam rapat yang sama.

“Nah, sedangkan ada etanol 3,5%. Nah, ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Di mana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” imbuhnya.

Ia menambahkan, hingga akhir tahun ini operator SPBU swasta diperkirakan membutuhkan sekitar 1,2 juta barel base fuel dengan RON 92 dan 278.000 barel base fuel dengan RON 98.

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyampaikan bahwa impor kargo BBM dasar tahap kedua yang dilakukan Pertamina guna memenuhi kebutuhan SPBU swasta akan tiba di Indonesia pada Kamis (2/10/2025).

Topik:

bbm spbu-swasta bp-akr spbu-bp pertamina vivo