Inflasi dan Deflasi di Indonesia: Ketimpangan Harga Terlihat di 38 Provinsi

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 4 Februari 2025 10:23 WIB
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai kondisi inflasi dan deflasi pada Senin (3/2/2025). Januari 2025 mencatat deflasi signifikan sebesar 0,76% secara bulanan (month-to-month) dan tahun kalender (year-to-date).

Indeks Harga Konsumen (IHK) juga menunjukkan penurunan, dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 di Januari 2025. Meskipun terjadi deflasi bulanan, secara tahunan (year-on-year) Indonesia masih mengalami inflasi sebesar 0,76%, menunjukkan adanya tekanan harga dari periode sebelumnya.

Faktor utama yang mendorong deflasi kali ini berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, yang mengalami penurunan harga tajam sebesar 9,16%. Kelompok ini memberikan kontribusi negatif terbesar terhadap deflasi keseluruhan, yaitu sebesar -1,44%.

Penyumbang utama deflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik, dengan andil 1,47%. Beberapa komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah tomat (-0,03%), ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara (-0,01% masing-masing).

Namun, beberapa komoditas tetap mengalami inflasi dan memberikan tekanan terhadap harga, antara lain cabai merah (0,19%) dan cabai rawit (0,17%), serta ikan segar, minyak goreng, dan bensin yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,03%.

Dari sisi komponen harga, deflasi Januari 2025 terutama dipengaruhi oleh penurunan harga yang diatur pemerintah, dengan deflasi 7,38% dan andil -1,44%. Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi 2,95%, dengan andil 0,48%. Beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi dalam komponen harga bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.

Dari segi wilayah, 34 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi, sedangkan empat provinsi mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat (-2,29%), sedangkan inflasi tertinggi tercatat di Kepulauan Riau (0,43%).

Diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah menjadi penyebab utama deflasi Januari 2025. Tarif listrik mengalami deflasi 32,03%, dengan andil deflasi sebesar 1,47%. Kebijakan ini berdampak langsung pada perhitungan inflasi, sesuai dengan Consumer Price Index Manual yang digunakan oleh BPS dan kantor statistik dunia lainnya.

Kebijakan penyesuaian tarif listrik kembali menjadi sorotan di awal tahun ini. Diskon tarif listrik pada Januari 2025 menunjukkan kuatnya peran intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga kebutuhan rumah tangga. Fenomena ini bukan hal baru, mengingat penyesuaian tarif serupa juga pernah terjadi pada Juli dan Agustus 2022, saat pemerintah menyesuaikan tarif tenaga listrik untuk kuartal ketiga tahun tersebut.

Inflasi Tahunan Naik Tipis, Pangan Jadi Penyumbang Utama

Meskipun terjadi deflasi secara bulanan, inflasi tahunan (year-on-year) pada Januari 2025 tercatat sebesar 0,76%, naik dari IHK 105,19 di Januari 2024 menjadi 105,99. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor utama inflasi tahunan dengan laju inflasi mencapai 3,69% dan andil sebesar 1,07%.

Beberapa komoditas yang mendorong kenaikan inflasi di kelompok ini meliputi:

  • Minyak goreng (0,14%)
  • Sigaret kretek mesin (0,12%)
  • Cabai rawit, kopi bubuk, dan beras

Sementara itu, kelompok yang mengalami deflasi tahunan terdalam adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan andil deflasi 1,39%, terutama disebabkan oleh penurunan tarif listrik.

Dari sisi komponen, inflasi tahunan terjadi di semua komponen kecuali harga yang diatur pemerintah. Komponen inti mengalami inflasi 2,36%, dengan andil terbesar 1,51%, dipengaruhi oleh emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Komponen harga yang dikendalikan pemerintah mencatat deflasi tahunan sebesar 6,41%, dengan andil deflasi 1,26%, terutama dari tarif listrik. Sementara itu, harga bergejolak mengalami inflasi 3,07%, dengan andil inflasi 0,51%, dipengaruhi oleh cabai rawit, beras, ikan segar, telur ayam ras, dan daging ayam ras.

Dilihat dari sebaran wilayah, 30 provinsi mengalami inflasi tahunan, sementara 8 provinsi mencatat deflasi. Papua Pegunungan mencatat inflasi tertinggi sebesar 4,55%, sedangkan Gorontalo mengalami deflasi terdalam dengan penurunan mencapai -1,52%.

Topik:

badan-pusat-statistik deflasi inflasi