Setelah 25 Tahun, Deflasi Kembali! Ancaman atau Kesempatan?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 3 Maret 2025 19:33 WIB
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami deflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 0,09% pada Februari 2025. Ini menjadi peristiwa langka karena terakhir kali deflasi tahunan terjadi pada Maret 2000, atau 25 tahun lalu.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa pada Maret 2000, deflasi sebesar 1,01% didominasi oleh penurunan harga bahan makanan. Namun, tahun ini berbeda karena dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam mengatur harga sejumlah komponen penting.

“Menurut catatan BPS, deflasi yoy terjadi pada Maret 2000 saat itu deflasi 1,01%. Deflasi didominasi oleh kelompok bahan makanan,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS pada Senin (3/3/2025).

Deflasi disebabkan oleh diskon tarif listrik sebesar 50% yang terjadi pada Januari–Februari 2025. Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 12,08% dan memberikan deflasi sebesar 1,92%.

“Komoditas yang memberikan andil terbesar adalah tarif listrik mengalami deflasi 46,45% secara tahunan dan memberikan andil deflasi 2,16%,” ungkap Amalia.

Sementara itu, beberapa komoditas utama yang berkontribusi terhadap inflasi antara lain tarif air minum PAM, yang mengalami inflasi sebesar 9,42% dan menyumbang inflasi sebesar 0,14%. 

Lebih lanjut, biaya sewa rumah juga meningkat 1,27% dengan andil inflasi 0,04%, diikuti oleh bahan bakar rumah tangga yang mengalami inflasi 1,57% dan memberikan andil inflasi 0,03%, lalu biaya kontrak rumah mengalami inflasi 0,58% dan memberikan andil inflasi 0,02%.

Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi sebesar 2,25%, dengan kontribusi terbesar terhadap inflasi secara keseluruhan, yaitu 0,66%. Peningkatan inflasi tahunan terutama dipicu oleh kenaikan harga minyak goreng, sigaret kretek mesin, cabai rawit, kopi bubuk, serta ikan segar.

Adapun inflasi kelompok itu didorong oleh minyak goreng mengalami inflasi 10,97% dan memberikan andil 0,13%; sigaret kretek mesin mengalami inflasi 5,58% dan memberikan andil 0,12%; cabai rawit mengalami inflasi 37,07% dan memberikan andil inflasi 0,11%.

“Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi tomat sebesar 32,93% dan memberikan andil deflasi 0,11% dan beras memberikan andil deflasi 2,63% dan memberikan andil deflasi 0,11%,” papar Amalia.

Topik:

badan-pusat-statistik deflasi inflasi-2025