Aneh! Penyebab Banyak Anak-anak Melakukan Cuci Darah Akibat Gagal Ginjal Kronis ke Rumah Sakit

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 24 Juli 2024 19:35 WIB
IDAI membenarkan adanya anak-anak harus menjalani hemodialisis karena cuci darah. Hasil survei IDAI ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak adanya darah dan protein dalam air kencing mereka. (Foto: Ilustrasi/Ist)
IDAI membenarkan adanya anak-anak harus menjalani hemodialisis karena cuci darah. Hasil survei IDAI ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak adanya darah dan protein dalam air kencing mereka. (Foto: Ilustrasi/Ist)

Jakarta, MI - Aneh maka sedang dicari penyebab ditemukan banyaknya anak-anak harus melakukan cuci darah du sebuah rumah sakit akibat gagal ginjal kronis.

Masalah ini sudah heboh di media sosial menjadi pasien terbanyak salah satu rumah sakit di Jakarta. Kebanjiran pasien justru anak-anak yang ingin melakukan cuci darah atau hemodialisis. Prosedur ini dilakukan sebagai upaya pengobatan pasien gagal ginjal kronis.

Terkait khabar tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membenarkan bahwa terdapat anak-anak yang harus menjalani hemodialisis karena cuci darah. Dalam survei yang dilakukan IDAI ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak, yakni adanya darah dan protein dalam air kencing mereka.

"Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan," ujar Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA (K) saat ditemui Selasa (23/7/2024).

"Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga," lanjutnya.

Dikutip dari laman IDAI, penyakit ginjal kronis merupakan pemicu anak harus menjalani cuci darah atau hemodialisis. Seorang anak dikatakan mengalami penyakit ginjal kronis jika didapatkan salah satu kriteria yaitu kerusakan ginjal berlangsung selama tiga bulan atau lebih.

Berita bocil-bocil ini kian marak viral disebarkan nitizen karena banyaknya bocil pasien di RSCM cuci darah sesuai hasil survei IDAI terhadap seorang anak kecil dari lima anak berpotensi gagal ginjal.

Keluhan pertama anak dengan PGK (penyakit ginjal kronis) saat dibawa ke dokter sangat beragam, mungkin berkaitan dengan penyakit ginjal yang mendasarinya ataupun sebagai akibat gangguan fungsi ginjal yang sudah menurun. Pada saat awal penyakit tidak menunjukkan adanya gejala, kemudian berkembang secara tersembunyi.

Penyebab penyakit ginjal kronis pada balita paling sering adalah kelainan bawaan, misalnya kelainan atau kekurangan dalam pembentukan jaringan ginjal, disertai adanya sumbatan atau tanpa sumbatan. Sedangkan pada usia 5 tahun ke atas sering disebabkan penyakit yang diturunkan (misalnya penyakit ginjal polikistik) atau penyakit yang didapat, misalnya glomerulonefritis kronis.

Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya PGK pada anak adalah: riwayat keluarga dengan penyakit ginjal polikistik atau penyakit ginjal genetik, bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, anak dengan riwayat gagal ginjal akut, kelainan bawaan ginjal, infeksi saluran kemih, riwayat menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut atau sindrom hemolitik uremik, riwayat menderita penyakit sistemik (kencing manis, lupus, Henoch Schoenlein purpura), dan riwayat tekanan darah tinggi. (Sar)