Bendera Merah Putih Tak Dikibarkan saat HUT RI ke-79, Penolakan PSN Rempang Eco City Makin Menguat

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 18 Agustus 2024 3 jam yang lalu
Pawai HUT RI 79, warga Rempang protes relokasi Rempang Eco City (Foto: Istimewa)
Pawai HUT RI 79, warga Rempang protes relokasi Rempang Eco City (Foto: Istimewa)

Batam, MI - Tidak ada bendera merah putih dikibarkan warga Rempang, Batam di halaman rumah-rumah mereka sebagai bentuk protes.

Suasana haru dan penuh emosi menyelimuti kawasan Simpang Sungai Raya, Sembulang, Galang, Kota Batam, pada Minggu (18/8/2024).

Ratusan warga berkumpul depan Sungai Raya pukul 15.30 WIB, untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap relokasi yang direncanakan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam terkait proyek Rempang Eco City.

Aksi protes ini ditandai dengan bentangan spanduk penolakan, yang disertai dengan tangisan menyayat hati, terutama dari kalangan ibu-ibu yang merasa terancam tergusur dari rumah-rumah mereka yang telah lama mereka huni.

Pawai warga dengan spanduk-spanduk tersebut tidak hanya mencerminkan perlawanan warga, tetapi juga mewakili aspirasi kelompok masyarakat adat setempat.

Salah satu spanduk besar yang dibentangkan oleh LSM Keramat berbunyi, "Kami masyarakat adat dan tempatan Rempang Galang menolak segala bentuk negosiasi dan solusi palsu."

Pesan ini menggambarkan kekecewaan mendalam terhadap upaya-upaya negosiasi yang dianggap tidak adil dan merugikan warga.

Tidak hanya itu, spanduk lainnya menyuarakan penolakan tegas dari masyarakat adat dan tempatan Kampung Sembulang Tanjung terhadap rencana relokasi yang dianggap mengancam eksistensi mereka di tanah leluhur.

"Masyarakat Adat dan tempatan Rempang Galang menolak keras relokasi," tulis salah satu spanduk yang menjadi simbol perlawanan warga terhadap proyek yang dinilai merugikan.

Ling, seorang perwakilan dari Himpunan Masyarakat Adat Pulau Rempang Galang (Himad Purelang), juga menegaskan penolakannya terhadap rencana relokasi ini.

Dalam keteranganya, Ling menyampaikan kekhawatirannya akan munculnya bentuk baru penjajahan di tanah mereka.

Ia bahkan mengajak Presiden Joko Widodo untuk datang dan merasakan sendiri intimidasi yang dialami warga oleh pihak-pihak yang dianggap sebagai preman.

"Saya tantang Pak Jokowi datang dan menyamar sebagai warga. Biar beliau tahu bagaimana para preman mengintimidasi dan semena-mena terhadap kami," ucap Iing dengan suara yang penuh emosi, mengingat kembali pengalaman pahitnya menjadi korban intimidasi yang ditendang preman.

Penolakan warga terhadap Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City semakin menguat. Mereka merasa hak-hak mereka sebagai warga negara telah dirampas atas nama pembangunan dan kesejahteraan.

"Kami tidak bisa menerima proyek ini. Mereka merampas hak-hak kami dengan berkedok kesejahteraan," tegas salah satu warga yang histeris dalam aksi tersebut.

Kemarahan warga Rempang terhadap Presiden Joko Widodo juga mencuat menyusul pidato kenegaraan Jokowi pada Sidang Tahunan MPR, Jumat (16/8/2024).

Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan-kesalahan yang mungkin telah terjadi selama ia menjabat sebagai Presiden RI. Namun, bagi warga Sembulang, permintaan maaf tersebut tidaklah cukup.

Warga Sembulang menilai bahwa meskipun Jokowi telah berupaya memberikan yang terbaik, dampak dari proyek Rempang Eco City telah membuat mereka menderita.

Mereka merasa kampung halaman mereka telah dihancurkan, keluarga mereka terpecah belah, dan mereka menjadi korban intimidasi yang tiada henti. 

"Maaf enggak cukup. Dia dan kroninya harus merasakan hancurnya hati kami, terpecahnya keluarga kami, dan hilangnya kampung kami yang mereka serang. Beribu kata maaf tidak akan cukup," ujar seorang warga dengan nada penuh kekecewaan dan kemarahan.

Warga Sembulang berharap agar pemerintah segera menghentikan proyek Rempang Eco City dan mendengarkan suara mereka yang selama ini diabaikan.

Mereka berjanji akan terus berjuang demi mempertahankan tanah leluhur mereka dari ancaman relokasi yang tidak mereka inginkan.

Topik:

HUT RI Rempang PSN