Siapa Saja Raja Tambang Batu Bara RI? Ini Daftarnya

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 7 Agustus 2025 08:49 WIB
Daftar Raja Tambang Batu Bara RI (Foto: Ist)
Daftar Raja Tambang Batu Bara RI (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Di balik gemerlapnya daftar orang terkaya Indonesia, banyak nama besar di Indonesia punya satu kesamaan: mereka kaya dari bisnis tambang batu bara.

Sejak puluhan tahun lalu, sektor ini telah menjadi ladang emas bagi para pengusaha nasional untuk membangun kerajaan bisnisnya, bahkan hingga sejajar dengan konglomerat global.

Bisnis tambang batu bara memang dikenal sebagai sektor yang menggiurkan. Keuntungannya yang besar, ditopang oleh permintaan energi yang tinggi, menjadikan komoditas ini primadona sejak era Orde Baru hingga masa kini. 

Lalu, siapa saja para "raja tambang" Indonesia yang menguasai sektor ini? Berikut daftarnya:

Low Tuck Kwong

Dato' Low Tuck merupakan seorang pengusaha Indonesia sekaligus pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN), salah satu perusahaan yang bergerak di sektor tambang batu bara. BYAN merupakan emiten batu bara dengan kapitalisasi terbesar di bursa domestik.

Menurut Forbes, kekayaan Low kini mencapai US$ 25,5 miliar dan menempatkannya di posisi ke-83 dalam daftar orang terkaya dunia.

Keluarga Widjaja

Keluarga mendiang Eka Tjipta Widjaja merupakan pemilik Sinar Mas Group, salah satu konglomerasi besar sejak era Orde Baru. Melalui grup ini, mereka membawahi PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) yang bergerak di bidang energi dan infrastruktur.

Anak perusahaan DSSA, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) dan Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR) menjadi penyumbang batu bara. 

GEAR tidak hanya memiliki tambang di Indonesia, tetapi juga mengakuisisi aset tambang di Australia, yaitu Stanmore Coal. Putra dari Eka, Franky Oesman Widjaja menjadi Komisaris Utama DSSA.

Kekayaan keluarga Widjaja tercatat sebesar US$18,9 miliar, menjadikan mereka sebagai konglomerat terbesar keempat di Indonesia.

Garibaldi Thohir

Saudara dari Menteri BUMN Erick Thohir ini bersama Theodore Permadi Rachmat alias Teddy Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), yang ketika pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam berhasil memperoleh dana IPO terbesar sepanjang sejarah yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.

Lokasi penambangan Adaro tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, selain itu terdapat juga situs penambangan berlokasi di Australia yang baru diakuisisi tahun 2018 lalu. 

Beberapa perusahaan pertambangan di bawah Adaro Group antara lain PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), PT Bhakti Energi Persada (BEP) dan banyak lagi.

Pada akhir 2022, Forbes menempatkan pria yang dikenal dengan sapaan Boy ini di peringkat ke-15 dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia, dengan total kekayaan mencapai US$ 3,45 miliar atau sekitar Rp 54,01 triliun.

Pada 2023, harta kekayaannya tercatat sebesar US$ 3,3 miliar atau Rp 51,29 triliun dan menjadikannya sebagai orang terkaya ke-17. Dan pada tahun 2024 kekayaannya mencapai US$ 5,3 miliar.

Kiki Barki

Kiki Barki adalah pendiri emiten pertambangan batubara, PT Harum Energi Tbk. (HRUM) pada tahun 1995 dan perusahaannya listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2010. Kiki Barki menguasai 79,79% saham HRUM, yang berdiri sejak 1995.

Selain Harum Energy, Kiki juga memiliki tambang batubara milik swasta, Tanito Harum. Saat ini, putra sulungnya, Lawrence Barki, menjalankan Harum sebagai presiden komisaris sementara putra bungsunya, Steven Scott Barki, menjadi komisaris.

Pada 2022, Forbes mencatat nilai kekayaan bersih Kiki sebesar US$ 1,9 miliar atau setara dengan Rp 29,6 triliun. Tahun 2023 US$ 1,41 miliar atau Rp 21,92 triliun dan menempatkan dirinya sebagai orang terkaya ke-33. Tahun 2024 kekayaannya mencapai US$ 1,3 miliar.

Edwin Soeryadjaya

Tjia Han Pun alias Edwin Soeryadjaya terlahir pada 17 Juli 1949 setelah kedua orangtuanya kembali dari Negeri Belanda. Ketika kelahirannya, perang Indonesia-Belanda perlahan mereda. Ketika itu, ayahnya William Soeryadjaya masih merintis bisnisnya, membangun Astra.

Sekitar 1997-1998 Edwin bersama Sandiaga Uno mendirikan perusahaan keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Dimana dia menjadi pemimpin tertinggi perusahaan itu setelah Indonesia dilanda krisis moneter. Saratoga termasuk perusahaan keuangan yang kemudian berkembang.

Setelah tahun 2000 pertambangan batu bara menggeliat di Indonesia. Edwin Soeryadjaya pun belakangan masuk ke dalam bisnis ini. Seperti sepupunya yang pernah aktif di Astra juga, Teddy Rachmat yang terlibat dalam pendirian perusahaan batubara Pama Persada.

Pada 2022, Forbes mencatat kekayaan Edwin senilai US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 28,05 triliun. Kemudian pada 2023, Edwin tercatat sebagai orang terkaya ke-39 dengan harta US$ 1,24 miliar atau setara Rp 19,27 triliun. Tahun 2024 kekayaannya mencapai US$ 1,6 miliar.

Theodore Permadi Rachmat

Theodore Permadi Rachmat, atau akrab disapa Teddy, merupakan sosok di balik berdirinya Triputra Group pada tahun 1998. Grup bisnis ini kini berkembang pesat dengan empat lini utama: agribisnis, manufaktur, pertambangan, dan logistik.

Karier Teddy dimulai dari bawah di Astra International, grup otomotif besar yang didirikan oleh pamannya, William Soeryadjaya. Pada tahun 1968 hingga akhirnya menjadi CEO, sebelum keluar dan membangun grup usaha sendiri.

Selain melalui Triputra, TP Rachmat juga memiliki sejumlah investasi pribadi, termasuk kepemilikan saham minoritas di PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), sebelumnya dikenal sebagai Adaro Energy, salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di dunia.

Menurut Forbes, total kekayaan Teddy Rachmat saat ini mencapai US$3,9 miliar.

Topik:

tambang-batu-bara raja-tambang orang-terkaya