Anwar Husen Dorong Peran Aktif Daerah dalam Menentukan Skema Pembangunan Pertanian

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 10 Juli 2025 15:58 WIB
Plt Kadis Pertanian Malut, Anwar Husen (Foto: Dok MI).
Plt Kadis Pertanian Malut, Anwar Husen (Foto: Dok MI).

Sofifi, MI - Plt Kadis Pertanian Malut, Anwar Husen, menyampaikan bahwa Dinas Pertanian Malut akan menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) tahun 2026 dan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) pada 23 Juli 2025 mendatang. Hal ini disampaikan Anwar dalam konferensi pers di kantor Dinas Pertanian Malut, Sofifi, Rabu (9/7).

Dalam penjelasannya, Anwar mengatakan bahwa kegiatan Musrenbang menjadi forum penting untuk menyatukan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian di Malut secara lintas sektor. 

“Musrenbang ini akan melibatkan berbagai pihak, mulai dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Bappeda Provinsi, DPRD, Balai Wilayah Sungai, Badan Pertanahan Nasional, hingga Badan Pusat Statistik,” ujarnya.

Anwar menekankan, agenda Musrenbang 2026 akan difokuskan untuk memperkuat perencanaan pembangunan pertanian jangka menengah. Fokus utamanya adalah mewujudkan swasembada pangan dan memperluas ketersediaan hortikultura strategis. 

Ia juga menjelaskan bahwa fokus pada hortikultura akan diarahkan pada komoditas yang sesuai dengan kondisi geografis dan iklim di Malut. Beberapa di antaranya seperti tomat, cabai, bawang merah, serta sejumlah sayuran yang dapat memenuhi kebutuhan lokal secara berkelanjutan.

Namun, Anwar juga mengakui masih terdapat keterbatasan dalam produksi komoditas tertentu. Ia menyebut kol, wortel, dan bawang putih sebagai contoh komoditas yang masih bergantung pada pasokan dari luar daerah, lantaran tidak cocok dibudidayakan di wilayah Malut akibat kondisi iklim yang kurang mendukung.

“Program prioritas kita adalah swasembada pangan, terutama beras atau padi, serta kebutuhan hortikultura yang relevan dengan iklim dan karakteristik wilayah Malut, seperti tomat, cabai, bawang, dan beberapa jenis sayuran lainnya,” jelasnya.

Meski mengakui tantangan tersebut, Anwar menilai bahwa ketergantungan terhadap pasokan luar untuk komoditas tertentu bukan menjadi alasan untuk berhenti berinovasi. 

Justru, kondisi itu mendorong Dinas Pertanian Malut untuk lebih selektif dalam mengembangkan komoditas unggulan yang memiliki potensi tumbuh maksimal di wilayah lokal. Ia menyebut pendekatan berbasis kondisi alam dan lingkungan sebagai kunci dalam menyusun arah kebijakan komoditas ke depan.

Menurutnya, dengan fokus pada jenis hortikultura yang sesuai seperti tomat, cabai, dan bawang merah, kebutuhan pangan masyarakat dapat dipenuhi tanpa harus memaksakan budidaya komoditas yang tidak cocok dengan iklim Malut. Pendekatan ini diyakini lebih efisien dan berdampak langsung pada penguatan ekonomi petani di lapangan.

Anwar menambahkan bahwa kolaborasi dengan instansi teknis di kabupaten dan kota sangat diperlukan untuk memastikan strategi ini berjalan optimal. 

Lewat kerja sama tersebut, pengembangan varietas lokal, peningkatan keterampilan petani, serta pola tanam yang tepat waktu akan menjadi bagian penting dari program menuju swasembada pangan yang dapat diwujudkan secara bertahap dan berkelanjutan.

“Untuk kol, wortel, dan bawang putih, kita masih sangat tergantung dari pasokan luar karena iklim di Malut tidak cocok untuk komoditas tersebut,” ungkapnya.

Anwar menjelaskan bahwa Musrenbang Pertanian juga menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, agar usulan program daerah dapat disinergikan dan diusulkan dalam pembiayaan melalui APBN, sehingga kebutuhan pertanian di lapangan memperoleh dukungan anggaran yang memadai.

Ia menegaskan bahwa proses perencanaan pembangunan sektor pertanian tidak dapat dilakukan secara terpisah, melainkan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan di daerah. 

Dengan menyatukan visi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, Anwar optimis setiap program yang dirancang akan lebih tepat sasaran dan berdampak langsung pada peningkatan produktivitas serta kesejahteraan petani.

Selain itu, keterlibatan aktif pemerintah daerah dinilai penting untuk memastikan bahwa setiap usulan program benar-benar mencerminkan kebutuhan substantif masyarakat tani. 

Anwar berharap melalui forum Musrenbang ini, pemerintah pusat juga dapat melihat keseriusan dan kesiapan daerah dalam mendorong transformasi sektor pertanian secara menyeluruh dan berkelanjutan.

“Kita ingin usulan program dari daerah bisa dikolaborasikan dengan provinsi dan masuk dalam pembiayaan melalui APBN,” ujar Anwar. 

Ia menyebutkan bahwa sinergi tersebut menjadi kunci agar kebutuhan pertanian di tingkat akar rumput mendapat dukungan anggaran secara memadai.

Di hari yang sama, akan diselenggarakan pula kegiatan Pekan Daerah (PEDA) KTNA sebagai forum pembinaan dan penjaringan petani unggul dari seluruh kabupaten/kota di Malut. 

PEDA ini menjadi bagian dari persiapan menghadapi Pekan Nasional KTNA yang akan digelar di Gorontalo pada tahun 2026.

“PEDA ini menjadi ajang strategis bagi petani kita. Kita akan siapkan delegasi terbaik Malut agar mampu tampil di tingkat nasional membawa inovasi dan semangat dari daerah,” kata Anwar.

Ia juga menyebutkan bahwa kegiatan PEDA tahun ini rencananya akan dibuka langsung oleh Gubernur Malut, Sherly Tjoanda, di Aula Nuku, kantor Gubernur Malut, Sofifi. 

Dalam kegiatan tersebut, para petani akan diberi ruang untuk berdialog langsung dengan gubernur mengenai isu-isu penting pertanian di daerah.

“Dialog dengan Ibu Gubernur menjadi bagian penting dalam merancang kebijakan berbasis kebutuhan nyata para petani,” ujarnya.

Selain itu, panitia juga akan menggelar pameran hasil produk pertanian dari 10 kabupaten/kota, yang melibatkan masyarakat dan pelaku usaha lokal. 

“Pameran ini sekaligus menjadi ruang promosi hasil pertanian kita, juga ajang belajar antarpetani,” tambahnya.

Anwar menjelaskan bahwa seluruh peserta kegiatan akan diinapkan di homestay milik warga sekitar, bukan hotel. Tujuannya, kata dia, untuk membangun interaksi yang lebih akrab antara peserta dan komunitas lokal serta memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.

“Kenapa tidak di hotel? Karena kita ingin petani bertukar cerita dan pengalaman di lingkungan masyarakat. Ini soal membangun hubungan yang lebih membumi,” tutup Anwar. (Jainal Adaran)

Topik:

Dinas Pertanian Malut