Kala Sakit Hati Menyiksa, Siapa Bisa Sembuhkan?

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 28 April 2025 05:12 WIB
Ilustrasi - Seorang laki-laki yang perasaannnya sakit, terluka, kecewa, dan sedih sedang mengambil gambar di negeri di atas awan Citorek, Banten (Foto: MI/Aswan)
Ilustrasi - Seorang laki-laki yang perasaannnya sakit, terluka, kecewa, dan sedih sedang mengambil gambar di negeri di atas awan Citorek, Banten (Foto: MI/Aswan)

Jakarta, MI - Sakit hati dalam arti perasaan sakit, terluka, kecewa, dan sedih akibat kejadian yang menyakitkan secara emosional. Seperti dikhianati, kehilangan, atau kegagalan besar itu sakitnya luar biasa. 

Sakit hati juga bisa merujuk pada kondisi patah hati yang bisa memiliki dampak fisik dan psikologis. Jika sudah merasakan sakit hati, menghilangkan trauma akibat sakit hati memang membutuhkan waktu dan usaha. Tak jarang, sakit hati disebabkan problem hubungan wanita dan laki-laki.

Persoalan wanita, mereka membutuhkan kepastian, tapi laki-laki juga butuh persiapan. Lantas mereka yang tersakiti hartinya masih layak untuk dicintai dan mencintai?

Menyembuhkan sakit hati itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang mustahil dilakukan. Dikutip Monitorindonesia.com di laman hello.sehat, Senin (28/4/2025) berikut ini  beberapa langkah yang dapat membantu proses penyembuhan:

Hadapi dan terima emosimu. "Jangan menekan atau menyangkal apa yang kamu rasakan. Biarkan diri untuk merasakan emosi seperti kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan. Menulis jurnal atau berbicara dengan orang yang kamu percaya dapat menjadi sarana pelampiasan yang sehat."

Berhenti menyalahkan diri sendiri. "Kita seringkali terpancing untuk menyalahkan diri sendiri atas pengalaman buruk yang terjadi. Padahal, tidak semua hal berada dalam kendali kita, dan kesalahan bukan hanya terletak pada satu pihak saja."

Hindari pemicu yang menyakitkan. "Jika ada hal-hal yang terus mengingatkanmu pada rasa sakit tersebut, seperti media sosial atau tempat tertentu, cobalah menjaga jarak untuk sementara waktu agar fokus pada proses pemulihan."

Prioritaskan diri sendiri. "Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membahagiakan, seperti berolahraga, bermeditasi, mengejar hobi, atau traveling. Aktivitas ini membantu membangun sudut pandang hidup yang lebih positif."

Kembalikan kepercayaan secara perlahan. "Jika luka hati berasal dari pengkhianatan atau kekecewaan, jangan takut untuk kembali membuka diri. Memang perlu waktu, namun bukan berarti semua orang akan menyakitimu."

Maafkan untuk kebaikan dirimu sendiri. "Memaafkan bukan berarti melupakan kejadian buruk, melainkan membebaskan diri dari beban emosi yang justru akan terus melukai diri sendiri."

Cari bantuan profesional jika diperlukan. "Apabila trauma terasa terlalu berat untuk diatasi sendiri, tak ada salahnya meminta bantuan dari psikolog atau konselor profesional. Trauma memang bukan hal yang mudah untuk dilewati, namun kamu bisa sembuh." 

Pengalaman ini dapat menjadi bekal berharga untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, semoga bermanfaat. Yuk sembuh, bisa, bisa, bisa!

Orang baik sering tersakiti!

Orang yang tidak tahu diri atau lupa diri maka perbuatannya akan berlebih lebihan, atau melampaui batas, bahkan cendrung merampas hak orang lain, singkatnya kini semakin sulit menemukan orang baik.

Namun, orang baik biasanya sering tersakiti. Hatinya sering terluka. Lukanya sampai sulit disembuhkan. Ternyata, ada alasan di balik semua itu.

Pertama, orang baik selalu mendahulukan orang lain. Dalam dunianya, kebahagiaannya adalah menyediakan sedikit ruang untuk dirinya sendiri.

Sikap ini biasa disebut "altruisme". Apa itu?

Dikutip Monitorindonesia.com, dari laman American Psychological Association, altruisme artinya perilaku yang menguntungkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.

Tindakan yang dilakukan oleh seorang altruis ini didasarkan keinginan untuk membantu, bukan karena kewajiban terhadap perkerjaan atau alasan apa pun. Dalam beberapa kasus, tindakan altruistik dapat membuat seseorang mempersulit dan bahkan membahayakan diri sendiri demi membantu orang lain. 

Oleh sebab itu, paham altruisme bisa berdampak baik sekaligus buruk bagi penganutnya. 

Dalam buku Encyclopedia of Geropsychology (2015), disebutkan bahwa altruisme adalah salah satu aspek dari sesuatu yang dikenal sebagai perilaku prososial (prosocial behavior).

Perilaku prososial dilakukan secara sukarela dan sengaja dengan maksud memberikan manfaat kepada orang lain. Alhasil, segala tindakan yang mengacu pada altruisme harus dilakukan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apa pun.

Namun perlu ada dibenak, bahwa percaya atau tidak, kebaikan yang dilakukan untuk orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia.

Dan tindakan menolong orang lain dapat bermanfaat bila dilakukan sewajarnya. Bila berlebihan, hal ini bisa merugikan dan bahkan membahayakan.

Tak hanya orang baik kerap disakiti, namun juga kerap dihina hingga menetespan air mata.

Banyak orang menilai, karena orang baik tak pernah diberi kesempatan untuk membela dirinya sendiri. Ia hanya harus menerima, meski bukan ia yang memulai perkara. Dia tahu Tuhan maha adil.

Lalu, mengapa orang baik sering terlihat sedih dan tak jarang meneteskan air mata? Karena orang baik tidak ingin membagi kesedihan. Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya, dan percaya bahwa suatu saat Allah akan mengganti kesedihannya dengan kebahagiaan.

Mengapa orang baik sering kali tertipu? Karena orang baik selalu memandang orang lain tulus seperti hatinya. Ia tidak menyisakan sedikitpun prasangka buruk pada orang yang ia pandang akan mampu mengkhianatinya.

Tapi, mengapa orang baik tak pernah membenci ataupun membalas orang yang telah melukainya? Karena orang baik selalu memandang bahwa di atas semua, Tuhan-lah hakikatnya dan menghendaki semua memberi hikmah yang berlipat ganda.

Banyak orang berkata, bahwa "bukan perbuatan baiknya yang salah, tapi cara pemikiran kamu yang salah". Maksudnya gini, saat kamu melakukan suatu kebaikan awali niatmu dengan beribadah kepada Tuhanmu. Maka tidak akan ada rasa pamrih didalamnya. 

Jika orang yang kamu tolong justru menyakitimu, kamu ngga akan merasa tersakiti karena niatmu hanya untuk beribadah, hatimu akan luas untuk menerima apapun yang terjadi.  Dan ingatlah, Tuhanmu tidak tidur. Dia akan membalas apapun yang kamu lakukan, maka lakukan yang terbaik selayaknya kamu ingin diperlakukan. 

Untuk perlakuan orang lain terhadapmu, biarlah Tuhanmu yang menegurnya.  Sekarang, urusanmu adalah ikhlas saat melakukan kebaikan tanpa pamrih dari manusia. (wan)

Topik:

Sakit Hati Kecewa Dikhianati Orang Baik