Mantan PM Jepang Tewas Tertembak, Pengamat: Ternyata Cara Bar-bar Bukan Hanya di Negara Berkembang!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 9 Juli 2022 17:50 WIB
Jakarta, MI - Pengamat Kebijakan Publik, Adib Miftahul turut mengomentari tewasnya mantan PM Jepang Shinzo Abe yang tertembak saat berpidato, pada Jum'at (8/7) waktu setempat. Kata Adib, atas insiden yang meinmpa mantan PM Jepang dua periode itu, Negara-negara maju maupun negara berkembang harus waspada khususnya Indonesia yang mana Presiden Joko Widodo sering berkunjung ke luar negeri guna mempererat silaturahmi dan hubungan bilateral kepada negara-negara lain. "Saya kira ini juga jadi reminder keras, kalau saya melihat belajar dengan insiden tewasnya mantan perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, ini ternyata pengamanan juga harus ditingkatkan gitu kan, ternyata cara bar-bar itu sekarang bukan hanya di negara yang berkembang tetapi negara maju juga dilakukan," kata Adib saat dihubungi Monitorindonesia.com, Sabtu (9/7). Tak hanya itu saja, bagi Adib, hal ini harus menjadi peringatan keras bahwa keamanan juga harus sigap mengawal mereka yang berkepentingan kepada negeri ini. "Nah ini harusnya menjadi yang paling prioritas menjadi sangat reminder bagi toko bangsa toko elit politik kita sebagai bangsa timur bertarung dalam apapun apalagi khususnya soal politik bertarung melalui politik gagasan gitu," jelas Adib. Kendati demikian, Adib juga turut mengapresiasi kepada masyarakat Indonesia terkait tajamnya perbedaan polarisasi masyarakat Indonesia yang masih menyelesaikan hal-hal tersebut hanya dalam ranah perbedaan komunikasi. "Paling ramai hanya sekedar di media sosial, tapi memang agak mengkhawatirkan karena kan pembulian yang ada di media sosial juga lumayan tinggi di kita tetapi keadaban sebagai bangsa timur, kita masih menyelesaikan tidak melalui kekerasan padahal konon katanya Jepang sebagai negeri maju menyelesaikan perbedaan kan tetap melalui cara-cara kekerasan," ucapnya melanjutkan. Kemudia, hal ini juga harus menjadi reminder keras kepada oknum oknum elit politisi busuk, yang kadang menciptakan polarisasi yang kuat menghalalkan secara cara melakukan politik identitas segala macam cara. "Inilah yang harus menjadi reminder buat mereka tetapi tadi saya katakan keadaan kita sebagai bangsa timur ternyata masih menjadi pagar utuh untuk tidak melakukan kekerasan," tutup Adib. Diketahui, Shinzo Abe ditembak di alun-alun stasiun Kintetsu Yamato-Saidaiji di Nara, Jepang, Jumat (8/7) waktu setempat. Abe sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Namun pada pukul 17.03 waktu setempat, PM terlama di Jepang ini dinyatakan meninggal dunia setelah berjuang dari masa kritisnya. Kepolisian Jepang mengungkapkan bahwa alasan pelaku menembaknya karena dendam dengan politisi tersebut. Pelaku juga mengaku sengaja menargetkan Shinzo Abe karena menyimpan dendam terhadap organisasi yang dia yakini terkait dengan mantan PM Jepang tersebut. Motif itu diungkap pelaku saat diinterogasi oleh polisi.Tetsuya kini ditahan di kantor polisi Nara Nishi. "Tersangka menyatakan bahwa dia menyimpan dendam terhadap organisasi tertentu, dan dia melakukan tindak kejahatan karena yakin mantan perdana menteri Abe memiliki hubungan dengan itu," kata seorang polisi senior di wilayah Nara, Jepang, kepada wartawan dikutip dari AFP, Sabtu (9/7). [Ode]
Berita Terkait