Pantas Ribut! Penerbitan STR Dokter Spesialis Capai Rp 430 Miliar
![Adelio Pratama](https://monitorindonesia.com/storage/media/user/avatar/SL4jHdN9D0g7bLGXDlWMtJHvcfiIRRXOMdxoLPXe.jpg )
Adelio Pratama
Diperbarui
20 Maret 2023 21:28 WIB
![](https://monitorindonesia.com/images/no-image.png)
Jakarta, MI - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti besaran biaya untuk penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR) dokter spesialis yang berkisar Rp 6 juta per orang. STR ini didapatkan satu kali dalam 5 tahun.
"Saya kan ingin menyederhanakan STR dan SIP, dokter kenapa sih izinnya mesti dua, kasihan sekali 5 tahunkan berat buat dokter juga. Saya tanya ke dokter-dokter. Dokter Dante (Wamenkes) juga. Proses perizinannya itu terlampau complicated, panjang, dan mahal. Itu juga yang membuat dokter-dokter banyak mengeluh. Wamen kita saja susah dapat SIP nya," kata Budi dalam videonya seperti dikutip Monitor Indonesia, pada Senin (20/3).
Mantan Direktur Perbankan Mikro PT Bank Mandiri ini menjelaskan, bahwa berdasarkan laporan dari Wakilnya, dr Dante Sakono Harbuwono, besaran biaya untuk penerbitan STR/SIP berkisar Rp 6 juta per orang. Sedangkan jumlah rata-rata penerbitan STR untuk dokter spesialis per tahun mencapai 77 ribu sertifikat.
"Dok memang keluar berapa biaya? Untuk STR dan SIP? Rp 6 juta dia bilang ya kan. Untuk dokter spesialis dalam setahun ada 77 ribu, 77 ribu dikali Rp 6 juta kan capai Rp 430 miliar itu, oh pantas aja ribut, Rp 430 miliar setahun!," ungkap Budi.
Selain itu, ia juga menyoroti soal bagiaman cara mendapatkan Satuan Kredit Profesi (SKP). Kata budi SKP itu didapatkan saat mengikuti satu seminar yakni dengan harga Rp 1 juta dalam 4 SKP.
"SKP itu aku nanya gimana dapatinnya? Ya 4 SKP ikut satu seminar bayar Rp 1 juta. Oh ok, Rp 1 juta 4 SKP, jadi kalau 250, Rp 62 juta, Rp 62 juta kali deh itu 140.000 dokter, inikan bisa Rp 1 triliun lebih, pantas ramai, pantas ramai begitu saja mau diambilin," beber Budi.
Bagi Budi, hal ini juga berpengaruh pada dokter itu sendiri, jika harga obat yang berlipat di Indonesia dipengaruhi biaya penjualan dan pemasaran atau sales and marketing expances yang dibebankan pada harga obat, pada ujungnya juga membuat masyarakat menderita pula.
"Tapi buat saya itu, kasian doktenya karena the doctor her superepoinse, kalau doternya ga bayar orang lain itu, teman-temannya bayarin, dan obat pun jadi mahal, karena sales and marketing expances jadi naik, yang menderita juga siapa rakyatnya menderita," ungkapnya.
#Penerbitan STR Dokter Spesialis
Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya
Berita Terkait
Hukum
![Klaim Fiktif BPJS Kesehatan 3 RS di Sumut dan Jateng Rp 35 M, Kemenkes akan Cabut Izin Praktik BPJS Kesehatan (Foto: Dok MI/Aswan)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/bpjs-kesehatan.webp)
Klaim Fiktif BPJS Kesehatan 3 RS di Sumut dan Jateng Rp 35 M, Kemenkes akan Cabut Izin Praktik
25 Juli 2024 06:39 WIB
Lifestyle
![Dokter: Perawatan Lensa Kontak Secara Berskala Cegah Infeksi Kornea Mata Ilustrasi - Seorang wanita hendak memasang lensa kontak pada mata. (Foto: Antara)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/foto-wanita-pasang-lensa-kontak.webp)
Dokter: Perawatan Lensa Kontak Secara Berskala Cegah Infeksi Kornea Mata
16 Juli 2024 18:42 WIB
Lifestyle
![Langkah Penanganan Efek Samping Mual Muntah pada Pasien Kemoterapi Anak Dokter spesialis konsultan hematologi onkologi anak. (Foto: Antara)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/foto-dokter-spesialis-konsultan-hematologi-onkologi-anak.webp)
Langkah Penanganan Efek Samping Mual Muntah pada Pasien Kemoterapi Anak
13 Juli 2024 18:44 WIB