Konsumsi Listrik RI Masih Rendah, Tertinggal Jauh dari Malaysia dan Vietnam

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 12 November 2025 15:40 WIB
Konsumsi Listrik RI Masih Rendah (Foto: Ist)
Konsumsi Listrik RI Masih Rendah (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Komisi XII DPR RI menyoroti rendahnya konsumsi listrik per kapita di Indonesia meski rasio elektrifikasi nasional telah mendekati 100%. Kondisi ini dinilai mencerminkan ketimpangan akses energi di dalam negeri.

Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat terhadap energi listrik masih jauh di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia.

"Bayangkan kita ini tingkat konsumsi elektrifikasi, konsumsi listrik per kapita kita ini masih 1.450 kilo Watt jam (kWh) per kapita. Ini di tingkat ASEAN pun kita rendah," ujar Sugeng dalam acara Road to CNBC Indonesia Awards 2025 'Best Energy Companies', dikutip Rabu (12/11/2025).

Berdasarkan data yang disampaikan, tingkat konsumsi listrik per kapita Indonesia masih tertinggal dibandingkan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Saat ini, posisi Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei Darussalam, hingga Malaysia.

"Singapura tuh 7.000 kilo Watt jam. Brunei tertinggi sih, 8.200-an. Nah Vietnam, Thailand, kita mestinya kan yang apple to apple-nya kita, tinggi sekali. Malaysia sudah kurang lebih 2.400-an. Kita baru 1.450 (kWh) per kapita," jelasnya.

Ia menilai rendahnya konsumsi listrik nasional tak lepas dari keterbatasan infrastruktur kelistrikan, terutama di wilayah terpencil dan kepulauan. Meski tingkat elektrifikasi nasional telah mencapai 99,4%, sebagian masyarakat di daerah pelosok masih belum menikmati pasokan listrik yang stabil.

"Kalau kita lebih jeli lagi ternyata masih banyak sekali saudara-saudara kita yang belum teraliri listrik. Terlebih khusus di daerah-daerah remote atau di luar area pinggir hutan dan sebagainya-sebagainya," ujarnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah tengah mendorong program sambung listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu. Sugeng menegaskan bahwa listrik saat ini bukan lagi barang mewah, melainkan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh negara.

"Listrik hari ini tidak lagi menjadi barang mewah. Listrik sudah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat yang berperadaban. Maka wajib bagi negara untuk menghadirkan listrik di setiap keluarga," tegasnya.

Ia menambahkan, peningkatan konsumsi listrik per kapita hanya bisa dicapai jika pemerintah memperluas infrastruktur energi dan memastikan distribusi daya yang lebih merata di seluruh wilayah. 

Selain itu, percepatan pembangunan jaringan kelistrikan antarpulau atau Nusantara Grid juga dinilai penting agar potensi energi, termasuk dari sumber energi terbarukan, dapat dioptimalkan secara maksimal.

Topik:

listrik konsumsi-listrik-ri