Pedagang Bakul Beras Jadi Korban Program Bansos, Abdul Wachid Minta Mensos Turun Tangan

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 21 Maret 2023 17:16 WIB
Jakarta, MI- Anggota Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid mengungkapkan, selain terjadinya carut marut distribusi, program bantuan sosial (Bansos) yang digulirkan pemerintah saat pandemi covid-19 melalui Kementerian Sosial (Kemensos) banyak merugikan para pedagang beras partai kecil atau bakul beras. Pasalnya, ungkap dia lagi, banyak para pedagang bakul beras yang saat itu ditunjuk untuk menyediakan beras Bansos hingga saat ini belum menerima pembayaran penuh dari pemerintah dalam hal ini Kemensos. "Program Bansos yang berjalan saat ada covid-19 tahun 2020 sampai dengan 2021 justru memakan korban. Tidak hanya persoalan distribusi di daerah yang tidak sesuai, yang lebih parah lagi telah memakan korban pedagang kecil seperti pedagang bakul beras," ungkap Politikus Gerindra itu kepada wartawan, Selasa (21/03/2023). Wachid mencontohkan, salah satu pedagang bakul beras di daerahnya yang hingg kini masih belum menerima pembayaran dari pemerintah daerah. "Di Jepara tepatnya desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara ada seseorang bernama bapak Rofi'i dan Ibu Sriatun menjadi korban Bansos. Pada tahun 2021 keduanya mendapat kepercayaan untuk Pengadaan program Beras Bansos oleh Pemda Jepara. Namun sampai hari ini pembayaran belum selesai dan nilainya cukup besar Rp419 juta lebih," ungkapnya. Wachid mengatakan, kejadian tersebut ia ketahui saat melakukan reses di dapilnya. "Di mana suami istri (bapak Rofi'i dan Ibu Sriatun) itu mengadukan ke Joglo Aspirasi awal bulan Maret 2023. Saya tanya, apakah sudah ada Pengaduan ke Pemda Jepara, rupanya sudah mengadu ke DPRD dan Pemda jepara sampai hari ini belum ada penyelesaian, bahkan kecenderungan semakin tidak jelas," kata Politikus Gerindra itu. "Bahkan Pemerintahan Jepara sekarang sudah ganti , Pak Rofii dan Ibu Sriatun semakin bingung. Kemana aku mengadu," sambung Wachid menirukan sepasang suami istri itu kala mengadu ke rumah aspirasinya. Wachid mengaku semakin miris ketika suami istri pedagang beras bakul tersebut ternyata meminjam uang ke perbankan guna memenuhi stok beras untuk disalurkan ke masyarakat melalui program Bansos itu. "Saat pak Rofi'i dan ibu Sriatun dipercaya untuk pengadaan beras, ternyata mereka memakai uang pinjaman dari Bank dan pihak ketiga. Itu artinya mereka tiap bulan harus membayar cicilan bank beserta bunganya," lirih Wachid. Menyikapi hal tersebut, Wachid pun meminta agar Menteri Sosial Tri Rismaharini turun tangan membantu kesulitan yang dialami pedagang bakul beras tersebut. "Saya mohon Ibu Mensos dan aparat penegak hukum untuk segera membantu pak Rofi'i dan ibu Sriatun agar kasus tersebut segera tertangani dan mendapatkan uangnya kembali sebesar Rp 419 juta lebih. Uang sebesar itu bagi pak Rofii dan ibu Sriatun sangat besar," tegasnya.