Dulu Sering Bersitegang, Prabowo: Kebebasan Pers untuk Mengendalikan Penguasa

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 4 Januari 2024 20:15 WIB
Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto usai menghadiri diskusi bersama PWI (Foto: MI/Dhanis)
Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto usai menghadiri diskusi bersama PWI (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, mengatakan salah satu pilar utama terpenting dalam menjaga demokrasi Indonesia adalah karena adanya kebebasan pers yang dapat memberikan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap kinerja pemerintah. 

Hal itu disampaikan Prabowo dalam acara diskusi bersama pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat di Jakarta, Kamis (4/1). 

"Kebebasan pers itu adalah check and balance untuk mengendalikan penguasa dan kekebasan pers yang dinamis," kata Prabowo. 

Meski pemberitaan pers sering membuat sakit hati kata Prabowo, tetapi peran pers sangat penting dalam mengingatkan setiap permasalahan yang sedang terjadi. 

"Pers walaupun keras, kadang-kadang sakit hati kalau kita baca, tapi itu menjadikan kita memberitahu kita something wrong," ujarnya. 

Bahkan Ketua Umum Partai Gerindra itu mengakui, jika tak ada kebebasan pers di Indonesia, maka dirinya tak akan pernah bisa mencapai pada posisi yang sekarang. 

"Dan saya tidak mungkin disini tanpa pers yang bebas, partai saya bisa berkembang karena ada kebebasan pers," ungkapnya. 

Kontroversi Prabowo Kepada Pers

Jauh sebelum itu, kontroversi Prabowo terhadap pers sering terjadi dan banyak sekali ketegangan yang melibatkan Ketum Gerindra itu dengan jurnalis beberapa tahun belakangan. 

Pada Juli 2014, tercatat Prabowo memiliki 2 catatan ketegangan dengan pers, yakni saat dirinya menilai pemberitaan yang ditayangkan oleh beberapa media televisi kerap menyudutkan dirinya. Dan Prabowo menolak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh salahsatu wartawan karena tudingan keberpihakan dari pemilik media tersebut.

Sedangkan di tahun 2017 Prabowo juga pernah menyinggung soal gaji wartawan yang kecil dan jarang belanja ke mall. Dan di 2018 pun Prabowo kembali menyinggung soal gaji wartawan yang kecil sehingga memiliki kesamaan nasib dengan rakyat kecil.

Sementara di tahun 2019, Prabowo juga tercatat sempat menuding pers adalah perusak demokrasi. "Akan tercatat dalam sejarah hai media-media, kau merusak demokrasi di Indonesia," kata Prabowo di Tennis Indoor Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/5/2019). (DI)