Pengamat: Rakyat Rindukan PDIP Jadi Oposisi

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 25 April 2024 11:45 WIB
Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos (Foto: Ist)
Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Direktur Eksekutif Sentral Politika Subiran Paridamos, menilai bahwa rakyat Indonesia merindukan keberadaan PDI Perjuangan (PDIP) sebagai oposisi dalam pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran. 

"Kita juga merindukan sikap kritis PDIP ketika berada di luar pemerintahan. Kita merindukan PDIP yang merupakan pentolannya oposisi," kata Biran sapaan akrabnya saat berbincang-bincang dengan Monitorindonesia.com Kamis (25/4/2024). 

Kata Biran, masyarakat Indonesia sudah sangat haus akan literasi politik dari PDIP dalam mengawal demokrasi dan pemerintahan ke depan. 

"Kita butuh asupan literasi politik dari PDIP untuk mengawal, mengkritisi, memberikan saran dan masukan sekaligus menjadi alarm bagi pemerintahan Prabowo-Gibran agar benar-benar bersungguh-sungguh menjalankan pemerintahan dengan prosedur konstitusi dan demokrasi yang benar dan beradab," ujarnya. 

Selain PDIP, Biran menilai rakyat Indonesia juga menginginkan agar PKS tetap menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran

"Dalilnya jelas, PKS adalah oposisi dari Presiden Jokowi, dan Prabowo-Gibran adalah keberlanjutan pemerintahan dari Presiden Jokowi sehingga PKS sangat mungkin kembali menjadi partai oposisi," tuturnya. 

Sebab kata Biran, hanya PDIP dan PKS yang memiliki riwayat menjadi oposisi. Sehingga dengan adanya oposisi di Parlemen menjadi penting agar mekanisme check and balance di parlemen tetap terjaga. 

"Dan ini juga baik baik pembelajaran politik masyarakat bahwa siapa yang menang pemilu akan menjadi penguasa dan siapa yang kalah dalam pemilu akan menjadi oposisi. Artinya ini adalah bagian dari reward dan punisment politik," pungkasnya. 

Selain itu kata Biran, alasan PDIP menjadi oposisi sangat jelas, yakni karena merasa dikhianati oleh Jokowi dan Gibran, sebaliknya PKS pun menjadi oposisi karena merasa dikhianati oleh Prabowo yang bergabung dengan Jokowi di 2019 lalu.

"Artinya kemenangan Prabowo-Gibran telah menyatukan dua partai dengan kutub yang berbeda dalam payung yang sama yakni oposisi," tukasnya. (DI)