NasDem Tahu Diri dan Punya Malu: Tak Semua Parpol Mabok Kekuasaan!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 4 April 2025 20:13 WIB
Saat PKB menerima tawaran Partai Nasdem untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres dan bakal cawapres pada Pilpres 2024.
Saat PKB menerima tawaran Partai Nasdem untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres dan bakal cawapres pada Pilpres 2024.

Bali, MI - Partai Nasional Demokrat (NasDem) tahu diri dan mempunyai rasa malu, sebab itulah tidak masuk dalam Kabinet Merah Putih, Presiden Prabowo Subianto.

"Kenapa kami tidak ada dalam kabinet rezim Prabowo? Karena kami tahu diri, ada budaya malulah bagi kami," kata Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Denpasar, Bali, Kamis (3/4/2025) kemarin.

Lantas dia mengingatkan kepada kadernya bahwa semasa Pilpres 2024 mereka tidak mengusung pasangan Prabowo-Gibran sehingga tidak etis partainya mendapat posisi dalam kabinet.

"Saat ini NasDem tahu diri, memahami sepenuhnya NasDem memang tidak pantas untuk berada di dalam lapisan mengisi anggota kabinet karena memang kami tidak berjuang banyak," lanjutnya.

Dalam Pemilu 2024, pihaknya tidak mencalonkan Prabowo sebagai presiden. NasDem bersama PKB dan PKS mengusung Anies Baswedan. Kini, PKB balik badan dan nyemplung ke dalam pemerintahan bersama cawapres Anies dulu, Muhaimin Iskandar. "Maka, inilah konsekuensi politik yang harus kami buktikan, NasDem tahu diri, ada budaya malu," tegasnya.

Sekalipun tidak berada dalam Kabinet Merah Putih, Surya Paloh tegas jika Nasdem tetap mendukung pemerintahan Prabowo Subianto. NasDem ikut berbahagia saat Prabowo menang dan ikut mendukung program pemerintah dan seterusnya.

"Tidak berada dalam Kabinet Merah Putih bukan berarti kita tidak suka, bukan berarti Nasdem tidak ikut berbahagia dan bergembira ketika Presiden Prabowo terpilih."

"Kita berbahagia untuk itu, tapi kita juga tetap dengan konsistensi atas nilai moralitas yang kita miliki. Mabok pada kekuasaan yang lebih itu bukan Nasdem. Inilah proses pendidikan politik di negeri ini," jelas Surya Paloh.

Partainya memang sempat ditawari posisi, namun dia menolaknya dan membuktikan tak semua partai politik di Indonesia mabuk kekuasaan.
Idealis dan tidak oportunis

Peneliti Senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memiliki jiwa idealis dan tidak oportunis. 

Sikap tersebut terlihat ketika memutuskan tidak masuk Kabinet Merah Putih meski menyatakan mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Lili menilai sikap Surya Paloh tersebut seharusnya menjadi contoh bagi pemimpin partai yang lain. Dia berharap sikap Surya Paloh tidak sekadar pencitraan. 

"Dengan sikap seperti itu publik menjadi respect terhadap pimpinan partai yang mempunyai jiwa idealis dan tidak oportunis. Itu menjadi teladan yang harus diikuti juga oleh partai-partai lain. Sayq berharap sikap dan laku tersebut terus dijalankan secara konsisten, bukan bagian dari strategi pencitraan," kata Lili, Kamis (3/4/2025).

Lili menilai memang semestinya setiap partai yang mendukung atau berkoalisi dengan pemerintahan tidak harus mendapatkan jabatan. Setiap dukungan tak selalu dikaitkan dengan bagi-bagi jabatan. 

"Ketika tidak ikut dalam pemenangan seorang calon presiden. Suatu sikap yang tahu diri bahwa partainya tidak ikut 'keluar keringat', tidak mau mengambil keuntungan dan pragmatis," katanya. (an)

Topik:

NasDem