Mengapa Orang Baik Sering Tersakiti?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 Maret 2024 16:32 WIB
Mengapa orang baik sering disakiti? (Foto: Dok MI)
Mengapa orang baik sering disakiti? (Foto: Dok MI)

SEBAGAI orang yang tidak tahu diri atau lupa diri maka perbuatannya akan berlebih lebihan, atau melampaui batas, bahkan cendrung merampas hak orang lain, singkatnya kini semakin sulit menemukan orang baik.

Namun, orang baik biasanya sering tersakiti. Hatinya sering terluka. Lukanya sampai sulit disembuhkan. Ternyata, ada alasan di balik semua itu.

Pertama, orang baik selalu mendahulukan orang lain. Dalam dunianya, kebahagiaannya adalah menyediakan sedikit ruang untuk dirinya sendiri.

Sikap ini biasa disebut "altruisme". Apa itu?

Dikutip Monitorindonesia.com, Sabtu (2/3) dari laman American Psychological Association, altruisme artinya perilaku yang menguntungkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.

Tindakan yang dilakukan oleh seorang altruis ini didasarkan keinginan untuk membantu, bukan karena kewajiban terhadap perkerjaan atau alasan apa pun. Dalam beberapa kasus, tindakan altruistik dapat membuat seseorang mempersulit dan bahkan membahayakan diri sendiri demi membantu orang lain.  Oleh sebab itu, paham altruisme bisa berdampak baik sekaligus buruk bagi penganutnya. 

Dalam buku Encyclopedia of Geropsychology (2015), disebutkan bahwa altruisme adalah salah satu aspek dari sesuatu yang dikenal sebagai perilaku prososial (prosocial behavior).

Perilaku prososial dilakukan secara sukarela dan sengaja dengan maksud memberikan manfaat kepada orang lain. Alhasil, segala tindakan yang mengacu pada altruisme harus dilakukan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apa pun.

Namun perlu ada dibenak, bahwa percaya atau tidak, kebaikan yang dilakukan untuk orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia.

Dan tindakan menolong orang lain dapat bermanfaat bila dilakukan sewajarnya. Bila berlebihan, hal ini bisa merugikan dan bahkan membahayakan.

Tak hanya orang baik kerap disakiti, namun juga kerap dihina hingga menetespan air mata.

Banyak orang menilai, karena orang baik tak pernah diberi kesempatan untuk membela dirinya sendiri. Ia hanya harus menerima, meski bukan ia yang memulai perkara. Dia tahu Tuhan maha adil.

Lalu, mengapa orang baik sering terlihat sedih dan tak jarang meneteskan air mata? Karena orang baik tidak ingin membagi kesedihan. Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya, dan percaya bahwa suatu saat Allah akan mengganti kesedihannya dengan kebahagiaan.

Mengapa orang baik sering kali tertipu? Karena orang baik selalu memandang orang lain tulus seperti hatinya. Ia tidak menyisakan sedikitpun prasangka buruk pada orang yang ia pandang akan mampu mengkhianatinya.

Tapi, mengapa orang baik tak pernah membenci ataupun membalas orang yang telah melukainya? Karena orang baik selalu memandang bahwa di atas semua, Tuhan-lah hakikatnya dan menghendaki semua memberi hikmah yang berlipat ganda.

Banyak orang berkata, bahwa "bukan perbuatan baiknya yang salah, tapi cara pemikiran kamu yang salah". Maksudnya gini, saat kamu melakukan suatu kebaikan awali niatmu dengan beribadah kepada Tuhanmu. Maka tidak akan ada rasa pamrih didalamnya. 

Jika orang yang kamu tolong justru menyakitimu, kamu ngga akan merasa tersakiti karena niatmu hanya untuk beribadah, hatimu akan luas untuk menerima apapun yang terjadi.  Dan ingatlah, Tuhanmu tidak tidur. Dia akan membalas apapun yang kamu lakukan, maka lakukan yang terbaik selayaknya kamu ingin diperlakukan. 

Untuk perlakuan orang lain terhadapmu, biarlah Tuhanmu yang menegurnya.  Sekarang, urusanmu adalah ikhlas saat melakukan kebaikan tanpa pamrih dari manusia. (Wan)

Berita Terkait