AMMDes dan Esemka: Mimpi Mobil Nasional yang Dibunuh Pelan-pelan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 11 April 2025 17:24 WIB
H Sukiyat (nomor tiga dari kanan) (Foto: Dok MI)
H Sukiyat (nomor tiga dari kanan) (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Mobil perdesaan atau Alat Mekanis Multiguna Perdesaan (AMMDes) bukan sekadar kendaraan. AMMDes adalah nyawa petani, alat untuk memutus rantai kemiskinan di desa. Dengan rencana ekspor 10.000 unit ke Nigeria, proyek ini bisa mengubah wajah Indonesia di panggung global. 

Esemka, kakaknya adalah lambang kebanggaan: mobil nasional yang lahir dari tangan anak bangsa, bukan impor dari negeri asing. Namun, keduanya kini tinggal kenangan, terkubur dalam kubangan kegagalan yang mencurigakan.

Penggagas mobil Esemka, H. Sukiyat menyebut proyek ini “dimatikan pelan-pelan.” Investasi Rp300 miliar lenyap tanpa jejak. Produksi AMMDes terhenti, dan Esemka mangkrak, menjadi bahan ejekan di media sosial. 

Siapa yang diuntungkan? Astra, yang menguasai pasar otomotif dengan Toyota, Daihatsu, dan merek asing lainnya, pasti tersenyum lebar. Dengan AMMDes dan Esemka mati, tidak ada ancaman bagi monopoli mereka. Ini bukan kebetulan ini adalah strategi.

Sukiyat yang pernah dielu-elukan, kini dipinggirkan, dibiarkan berjuang sendirian di pengadilan, sementara Astra absen dari sidang perdana pada 10 Maret 2025, seolah mengejek “Kami tak tersentuh”.

Topik:

AMMDes Esemka H Sukiyat