Serangan Siber Meningkat, OJK Desak Bank Perkuat Perlindungan Data

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 25 September 2025 13:32 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (Foto: Dok MI)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Keamanan dan perlindungan data kini menjadi faktor penting bagi keberlangsungan industri jasa keuangan di tengah pesatnya transformasi digital.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Infobank Digital bersama Synology menggelar INFOBANK CONNECT: Financial Inclusion 5.0 – Membangun Sistem Perlindungan Data Melalui Teknologi Digital, di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (24/9/2025).

Acara ini menghadirkan Plt Kepala Departemen Pengawasan Konglomerasi Keuangan OJK, Yudi Permana, sebagai pembicara utama, serta sesi talkshow bersama Lily Wongso, Head of Enterprise IT Architecture, Data Management & Service Quality Group PT Bank Central Asia (BCA), dan Clara Hsu, Country Manager Synology Inc. Diskusi dimoderatori pengamat IT dan keamanan siber Alfons Tanujaya.

Dalam presentasinya, Yudi menekankan lonjakan serangan siber yang terjadi setelah pandemi COVID-19. Sepanjang 2024, Indonesia mencatat hingga 330,5 juta serangan siber, dengan sektor keuangan menempati posisi sebagai target keempat terbesar.

“Sejak COVID-19 terasa sekali bagaimana insiden siber meningkat, karena ada kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi digital,” kata Yudi.

Ia menambahkan, OJK telah menerbitkan sejumlah kebijakan untuk mendukung digitalisasi perbankan. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama minimnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan digital.

“OJK mengharapkan perbankan terus mengedukasi nasabah, karena pemahaman tentang serangan siber dan perlindungan data masih menjadi titik terlemah,” katanya.

Selain edukasi nasabah, Yudi juga menekankan pentingnya peningkatan literasi keamanan data di internal bank. Menurutnya, celah kerap muncul dari lemahnya pemahaman karyawan mengenai ancaman siber.

Lily Wongso dari BCA menegaskan pentingnya sistem backup data sebagai langkah pencegahan sekaligus pemulihan serangan siber. BCA juga rutin menggelar annual exercise untuk aplikasi-aplikasi penting, sejalan dengan POJK 11/2022 dan SEOJK 29/2022.

Meski begitu, Lily menegaskan, tidak ada bank yang sepenuhnya kebal dari risiko data breach. “Insiden kebocoran data bisa berdampak besar, baik secara finansial maupun reputasi. Karena itu, kami mengadopsi cybersecurity framework NIST yang mencakup lima langkah utama: identify, protect, detect, respond, dan recover,” ujarnya.

Sementara itu, Clara Hsu dari Synology menekankan bahwa backup hanyalah langkah awal. Menurutnya, hal yang lebih penting adalah memastikan data benar-benar bisa dipulihkan, tahan serangan, dan aman dari ransomware.

Synology sendiri mengadopsi strategi 3-2-1-1-0 backup: tiga salinan data di dua media berbeda, satu disimpan di luar lokasi, satu salinan offline/immutable, serta nol kesalahan saat pemulihan.

“Backup hanyalah langkah pertama. Perlindungan data berarti memastikan data tetap utuh, terlindungi, serta dikelola secara terpusat dengan strategi proaktif,” kata Clara.

Sebagai pemimpin dalam manajemen data dan infrastruktur penyimpanan, Synology terus menghadirkan solusi penyimpanan, pencadangan, kolaborasi file, manajemen video, hingga infrastruktur jaringan untuk mendukung transformasi digital yang aman dan efisien di berbagai industri.

Topik:

serangan-siber perlindungan-data