Mas Dar, Pedagang Kelapa Pantang Menyerah Sekalipun Bunga Pinjaman Bank 8 Persen/Bulan

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 29 Juni 2021 23:35 WIB
Darsono tampak begitu sibuk menyortir kelapa yang tua dan muda di lokasi usahanya di Dusun I Bangunrejo, Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Selasa (29/6/2021) siang. Mas Dar sapaan akrab Darsono yang kini berusia 50 tahun itu tetap bekerja keras di tengah hadangan pandemi Covid-19. Hasil sortiran, kelapa tua utuh siap untuk dijual dan kelapa yang lebih muda dibelah dan airnya dibuang selanjutnya isi atau daging dipisahkan dengan kulit batok siap dibuat untuk bahan baku kopra. Mas Darsudah lebih 20 tahun melakoni usahanya. Hasilnya usahanya lumayan cukup untuk menghidupi keluarga selaam ini. "Anak saya bisa sekolah, lulus sarjana, berkat usaha ini bang," ujar Mas Dar saat berbincang dengan Monitorindonesia.com di lokasi usahanya, Selasa siang. Sambil tersenyum, Mas Dar, menceritakan bagaimana awalnya, bisa usaha menjual kelapa. Awalnya Mas Dar bekerja sebagai petani, kebetulan mertuanya punya sawah dan kebun,  setiap harinya ikut bantu bajak sawah, kerja nanam singkong, jagung dan sayur-sayuran di kebun. "Disitu ada beberapa batang pohon kelapa, gak banyak tapi lumayanlah. Biasanya sepulang kerja dari sawah atau kebun, saya lihat ada kelapa yang matang dan tua, langsung panjat sendiri, turunkan kelapa yang tua beberapa gandeng, lalu saya bawa pulang untuk kebutuhan dapur di rumah dan sisanya saya jual ke pasar," tuturnya. Saat menjajakan kelapa dipasar, ternyata banyak juga masyarakat membeli kelapa untuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pesta, hajatan dan sebagainya. Dari situ mulai timbul niat Mas Dar untuk dagang kelapa, dan saat itu tanpa pikir panjang , dengan modal 150 ribu rupiah dan sepeda ontel, hari itu juga dia langsung bergegas mencari dan mengumpulkan kelapa dari petani. "Hari-hari terus saya jalani seperti itu," ucapnya. Kadangkala untuk membeli kelapa ke petani harus sambil memanjat pohon kelapa sendiri, hingga akhirnya Mas Dar dikenal banyak para petani kelapa dan punya langganan tetap. Profesi ini terus dijalankan Mas Dar dengan modal kejujuran dan kepercayaan, hingga akhirnya justru petani kelapa datang mengantar dan menjual langsung ke lokasi dagangannya. "Bermodalkan kepercayaan dari para petani, kadang saya dipercayakan untuk mengambil kelapa mereka, bayarnya bisa belakangan," ucap Mas Dar lagi. Juga karena lokasi lapak saya sudah dikenal masyarakat, sehingga mereka segan-segan mengantarkan kelapanya ke lokasi usaha.  Saking banyak kelapa yang masuk, hingga terkendala  tempat dan modal usaha, sehingga Mas Dar pun berpikir bagaimana caranya untuk menambah modal usaha. Mas Dar juga sudah mencoba mecari pinjaman kemana-mana tidak ada yang memberikan. Suatu ketika dia memberanikan meminjam uang ke Bank dengan berbagai persyaratan serta jaminan agunan sertificat rumah. Mau tidak mau, demi usaha, walaupun dengan beban bunga tinggi, sebesar delapan persen/bulan, akhirnya Mas Dar memutuskan untuk menerima pinjaman tersebut. "Selanjutnya modal tersebut saya gunakan untuk dirikan lapak yang lebih luas lagi, guna menampung kelapa dengan jumlah yang semakin banyak dan sisanya untuk modal usaha beli kelapa," katanya. Dengan bermodalkan pinjaman berikut bunga Bank sekelas rentenir, usaha Mas Dar tetap saya dijalankan dengan kerja keras. "Insya Allah, berkat ketekunan dan kesungguhan, usaha saya berjalan dengan lancar, setiap minggunya saya bisa menjual 8.000 buah kelapa, satu truck Colt Deisel ke Jakarta, dengan nilai jual 5.000 rupiah per biji, ya cukup lumayanlah hasilnya, saat itu". ungkap Mas Sar. Hanya saja, setahun belakangan ini, di masa pandemi Covid-19, penjualan semakin menurun. Harga kelapa juga semakin murah, dari 5.000 per buah turun hingga 3.500 rupiah per buahnya dan saat ini memang terasa berat. Semnetara harga jual kelapa semakin hari semakin tidak stabil, bahkan cenderung turun. Belum lagi masalah semakin kurang. "Kita bingung mau jual kemana, sementara harga jual semakin gak karu-karuan, belum lagi tiap bulannya kita harus bayar cicilan ke Bank," tutur Mas Dar. Padahal dulu sebelum masa pandemi Covid-19 ini, Mas Dar bisa mengirim 4 trip dalam satu bulan ke Jakarta, sekarang paling hanya bisa mengirim 2 trip per bulannya. "Itupun masalah pembayaran sering macet," ungkap  Mas Dar dengan mimik wajah memelas. Mas Dar berharap Pemerintah bisa mendengarkan keluhan kami para petani dan pedagang kecil di daerah setidaknya bisa membantu memberikan modal lunak agar usaha mereka bisa hidup kembali. Selain itu, dia juga berharap kepada para pengusaha swasta untuk menghidupkan pangsa pasar petani kelapa, juga para ahli pertanian dari Universitas untuk meneliti kandungan isi kelapa yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan serba guna.(Goel'S)

Topik:

Lampung Tengah Penjual Kelapa Rentenir