Joe Biden Setujui US$350 Juta Dalam Bentuk Bantuan Militer Bagi Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 26 Februari 2022 23:50 WIB
Monitorindonesia.com - Presiden AS Joe Biden menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk melepaskan tambahan senjata senilai US$350 juta dari persediaan AS ke Ukraina saat negara itu berjuang untuk mengusir invasi Rusia. Dalam sebuah memorandum kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Biden mengarahkan agar US$350 juta yang dialokasikan melalui Undang-Undang Bantuan Luar Negeri ditujukan untuk pertahanan Ukraina. Ukraina telah meminta senjata anti-tank Javelin dan rudal Stinger untuk menembak jatuh pesawat. Pada hari Sabtu (26/2), Blinken mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa otorisasi ketiga untuk pengiriman senjata ke Ukraina ini "belum pernah terjadi sebelumnya," seperti dikutip dari CNA pada Sabtu (16/2). Pentagon mengatakan senjata itu termasuk anti-baju besi, senjata kecil dan berbagai amunisi untuk mendukung pertahanan garis depan Ukraina. Amerika Serikat menarik dari stok senjata AS untuk memasok Ukraina pada musim gugur 2021 dan sekali lagi pada bulan Desember lalu. Selama tahun lalu Amerika Serikat telah memberikan lebih dari US$1 miliar bantuan keamanan ke Ukraina, kata Blinken. Negara-negara lain telah menjanjikan perlengkapan militer ke Kyiv saat militer Ukraina berperang melawan pasukan Rusia yang menyerang. Pasukan Rusia mulai maju ke Ukraina lagi pada hari Sabtu setelah Presiden Vladimir Putin menghentikan serangan sehari sebelumnya untuk mengantisipasi pembicaraan dengan Kyiv yang tidak pernah terjadi, kata Kremlin. Belanda akan memasok 200 roket pertahanan udara Stinger ke Ukraina secepat mungkin, kata pemerintah Belanda dalam sebuah surat kepada parlemen. Belgia telah menjanjikan 2.000 senapan mesin dan 3.800 ton bahan bakar. Prancis telah memutuskan untuk mengirim peralatan militer pertahanan ke Ukraina untuk mendukung negara itu melawan invasi Rusia, seorang juru bicara militer Prancis mengatakan pada hari Sabtu, menambahkan bahwa masalah pengiriman senjata ofensif masih dalam pertimbangan. #Joe Biden