Kekenyangan Janji Kampanye

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 1 Juli 2024 18 jam yang lalu
Kekenyangan Janji Kampanye
Karikatur - Ilustrasi - Kekenyangan Janji Kampanye

Karikatur, Monitorindonesia.com - Para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024 tengah menyosialisasikan program-programnya jika terpilih pada Pilpres 2024.

Setidaknya ada tiga capres bersama pasangannya mengumbar janji politiknya. 

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Cak Imin nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, nomor urut 2 dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, nomor urut 3.

Masing-masing calon, hampir setiap hari, telah berkeliling di berbagai tempat untuk bertemu pemilih, menyampaikan visi-misi mereka, mengumbar janji-janji terkait apa yang akan dilakukan jika terpilih, menghadiri berbagai acara dan beradu pemikiran lewat pidato-pidato.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi akan mendeklarasikan periode kampanye itu pada Senin, 27 November 2023. Ketiga pasangan calon presiden-calon wakil presiden memiliki waktu hingga 10 Februari 2024 untuk melakukan kampanye. Sedangkan hari pencoblosan akan dilakukan pada 14 Februari 2024.

Sebagaimana kampanye dalam pilpres lalu, dalam periode sepanjang sekitar 75 hari itu, setiap pasangan calon berkesempatan untuk menyampaikan program, visi, misi, janji, dan pernyataan apapun untuk menarik dukungan pemilih. 

Jargon seperti membela rakyat, bekerja demi bangsa, berbakti pada negara, tulus ikhlas berjuang, akan terus didengungkan. 

Selain itu, yang rutin dilakukan para capres dari waktu ke waktu adalah datang ke masyarakat miskin, berbelanja ke pasar, mengumbar foto-foto kedekatan dengan pekerja informal seperti tukang becak, sopir, pengamen, buruh hingga ibu-ibu rumah tangga biasa.

Namun demikian, segala macam jargon, janji dan pencitraan semacam itu sudah tidak laku di kelas menengah terdidik, tetapi nampaknya masih akan dilihat oleh masyarakat menengah kebawah.

Salah satu persoalannya, adalah budaya politik. Masyarakat mayoritas terjebak dalam dukung-mendukung, dan merasa bangga serta menang ketika calon yang didukungnya berhasil duduk sebagai presiden. 

Namun setelah itu, tidak ada keinginan sama sekali untuk mengawal pemerintah yang didukungnya melalui pemilu itu, dengan turut melakukan pengawasan sebagai rakyat.

Di sisi lain, pemilih juga harus melihat jauh ke belakang, siapa pihak yang ada di balik para capres ini dan bukannya sekadar mendengar pidato mereka.

Kemudian, sebagian pemilih juga dapat menilai janji-janji politik itu.

Janji politik memang tidak semua dilaksanakan. Dan apakah perlu ditagih? 

Catat!!! bahwa janji politik hanya perlu didesain menarik untuk diperbincangkan saja. Lebih penting dramatis, ketimbang realistis. (wan/gec)