Saatnya Produsen Minyak Sawit Masuk ke Pasar Eropa

wisnu
wisnu
Diperbarui 14 April 2022 05:23 WIB
Jakarta, MI - Guru Besar John Cabot University Roma Prof Pietro Paganin menyebutkan, saat ini merupakan momentum yang baik bagi produsen minyak sawit untuk masuk ke pasar Eropa. Terlebih, bertahun-tahun sawit Indonesia diboikot negara-negara di kawasan tersebut. "Minyak sawit ada di sini (Eropa) untuk menyelamatkan. Saat ini, bukan waktunya untuk membalas dendam setelah apa yang telah terjadi," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (13/4). Menurut dia, kekurangan minyak bunga matahari (sun flower oil) mendorong banyak produsen dan pengolah makanan untuk memformulasi ulang produknya dengan minyak yang berbeda. Salah satunya produsen biskuit asal Italia, Barilla menghapus label "senza olio di palma" atau "bebas minyak sawit" dalam kemasannya. Penghapusan label tersebut karena Barilla telah menggunakan minyak sawit dalam proses produksinya. [caption id="attachment_413830" align="aligncenter" width="300"] Bibit kelapa sawit yang diterima warga Desa Sungai Pinang pada Februari 2022. [mi/leo hs][/caption]"Beberapa di antaranya kembali ke minyak sawit setelah mereka meninggalkannya antara 2016 dan 2018 dan setelah mereka memboikotnya," kata Paganini Sementara produsen dan pengolah makanan yang lain, lanjutnya, masih khawatir untuk kembali ke kelapa sawit karena mereka takut akan reputasi mereka. Sebab mereka khawatir terhadap LSM, reaksi pemangku kepentingan, dan lain-lain. Ada beberapa (produsen pengolah makanan) yang masih mengandalkan cadangan minyak bunga matahari sampai Agustus. Mereka berharap minyak bunga matahari akan kembali (ada di pasaran) lagi. "Jadi, sangat sedikit yang mengakui bahwa mereka membeli dan menggunakan minyak sawit. Kita lihat saja dalam beberapa bulan ke depan apa yang akan terjadi," ujarnya. Yang terbaik, kata dia, bisa dilakukan oleh negara-negara produsen minyak sawit adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas dan keberlanjutan yang lebih jauh baik lagi, memperkuat skema sertifikasi dan menjadikannya sebagai tolok ukur untuk semua komoditas lain dan menawarkannya kepada orang Eropa. "Jika mereka pintar mereka akan membelinya. Jika tidak, dunia ini jauh lebih besar dari Eropa. Eropa kecil tetapi masih berpengaruh secara politik, jadi sebaiknya ikuti saja mereka. Sekarang saatnya berjabat tangan dan menjual sebanyak mungkin minyak sawit berkelanjutan," katanya. Indonesia, kata Paganini, harus terus melakukan apa yang sudah dilakukan jutaan pekerja di rantai pasok, yakni meningkatkan kualitas, meningkatkan keberlanjutan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghasilkan lebih banyak minyak sawit.
Berita Terkait