Ekonom Ungkap Tantangan Investasi di Tanah Air, Apa Itu?

wisnu
wisnu
Diperbarui 14 April 2022 04:23 WIB
Jakarta, MI - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengganggap, masalah imbal hasil (return) yang kurang menarik menjadi salah satu tantangan pengembangan investasi berkelanjutan di Indonesia. "Jadi sustainable project (proyek berkelanjutan) itu baik lingkungan atau sosial, itu memang masih relatif terbatas karena dinilai less profitable (kurang menguntungkan). Ini memang anggapan umum kalau bicara jangka pendek," katanya dalam salah satu diskusi daring yang dikutip, Rabu (13/4). Kata dia, faktor ekonomi tidak dipungkiri menjadi faktor utama investor dalam menanamkan modalnya. Karena itu, sangat wajar bila investor begitu masuk di Indonesia, langsung melihat berapa imbal hasil yang bisa diraupnya, apakah menarik dibandingkan investasi yang konvensional. Andry juga mengungkap tantangan lainnya, yakni struktur pembiayaan khusus yang dibutuhkan untuk investasi berkelanjutan. Menurut dia, faktor tersebut akan membuat investor perlu berpikir dua kali untuk bisa berinvestasi di sektor-sektor berkelanjutan. "Kalau kita lihat sustainable project, apakah yang terkait environmental project, itu membutuhkan teknologi baru, large capital (modal besar), long term financing (pembiayaan jangka panjang) sehingga membutuhkan special financing structure dibanding yang konvensional. Ini kemudian yang memang bisa menjadi tantangan jangka pendek," katanya. [caption id="attachment_343539" align="aligncenter" width="300"] Ilustrasi (Ist)[/caption] Di sisi lain, investasi berkelanjutan juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah berupa insentif. Contoh bila ingin investasi pembangkit listrik tenaga angin, sementara ada risiko perubahan iklim, ada perubahan jalur angin yang menimbulkan risiko besar di sana. "Itu butuh kepastian. Karena proyeknya panjang, lintas tenor dari satu pemda, maka butuh kepastian juga bagi investor," beber dia. Tantangan lainnya, kata Andry, yaitu identifikasi aset yang membutuhkan sistem informasi yang mumpuni. Khususnya di Indonesia, sistem informasi akan aset untuk pengelolaan investasi berkelanjutan masih sangat terbatas sehingga menjadi tantangan pengembangan investasi berkelanjutan. "Berikutnya, asset identification. Kalau dilihat di sini untuk hal ini perlu ada sistem informasi. Nah di Indonesia ini masih relatif terbatas," jelas Andry.

Topik:

-