Ini Potensi Carbon Credit Indonesia

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 18 Januari 2024 15:35 WIB
Talkshow Peran Industri Karbon Menuju Indonesia Emas, Jakarta (18/1). (Foto: MI/Zefry)
Talkshow Peran Industri Karbon Menuju Indonesia Emas, Jakarta (18/1). (Foto: MI/Zefry)

Jakarta, MI - Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) Riza Suarga mengatakan industri karbon Indonesia berpotensi besar mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ada 2 potensi carbon credit Indonesia yaitu Nature Based (Alam) dan Hutan Mangrove Technology Based.

"Ada potensi carbon credit Indonesia itu ada dua sebetulnya, jadi secara umum ada nature based dan technology based" ucapnya dalam acara talkshow Peran Industri Karbon Menuju Indonesia Emas, Jakarta, Kamis (18/1)

Ia menjelaskan, karbon kredit itu sebenarnya suatu mekanisme pendanaan berbasis pasar untuk mengurangi emisi rumah kaca.

Potensi Indonesia, lanjutnya, untuk lima tahun ke depan sangat besar. Indonesia itu negara kedua terbesar hutan tropisnya, 120 juta hektar kawasan hutan untuk hutan tropisnya.

"Ini yg ingin saya highlight, mudah-mudahan dengan kebijakan pemerintah yang lebih kondusif dan cepat, 300 jt US Dolar minimum immediate dalam 100 hari ke depan bisa diperoleh dengan PNBP sekitar 30 jt US Dolar sekitar Rp45 Miliar," ucapnya.

Medium term antara 100 hari sampai 720 hari, kira-kira 240 jt ton dari 480 projek yang sudah ready yang sedang dalam proses dan seterusnya kira-kira maksimalnya antara NDC dengan Non NDC berdasarkan hitungan cepat sekitar Rp200 triliun sudah bisa kita peroleh, itu baru medium term. Kalo kita mau lebih intens lagi sesuai amanat presiden Jokowi pada saat launching bursa karbon potensinya sampai Rp 3000 triliun.

Di lain waktu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar dalam menjalankan nature based solution. Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam.

"Jika dikalkulasi, potensi bursa karbon kita mencapai potensinya Rp3.000 triliun, bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang angat besar," kata Jokowi di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9/2023).