Pilot dan Kopilot Batik Air Tidur Ketika Menerbangkan Pesawat, Pengamat: Semoga Bukan hanya Pucuk Gunung Es!

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 9 Maret 2024 14:37 WIB
Airbus A320 milik Batik Air lepas landas di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta pada 14 April 2023
Airbus A320 milik Batik Air lepas landas di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta pada 14 April 2023

Jakarta, MI - Pengamat penerbangan, Alvin Lie menyoroti insiden serius Pilot dan Kopilot maskapai Batik Air yang tertidur secara bersamaan saat menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan Kendari-Jakarta.

Insiden yang terjadi pada 25 Januari 2024 itu, dinilai Alvin, dipicu oleh fatigue mental. "Memang alokasi waktu istirahat bagi Pilot sudah memadai dan memenuhi standar regulasi. Tapi kualitas istirahatnya tidak baik, sehingga tidak menghasilkan kebugaran fisik maupun mental sebagaimana mestinya," kata Alvin saat dikonfirmasi Monitorindonesia.com, Sabtu (9/3/2024).

Menurutnya, shift kerja tengah malam atau dini hari berdampak pada terganggunya metabolisme tubuh Pilot. "Semoga ini insiden bukan hanya pucuk gunung es," ungkap mantan anggota Ombudsman RI itu.

Untuk mencegah terulangnya insiden ini, tambah dia, perlu kajian lebih lanjut tentang pola shift dan pemantauan kualitas istitahat awak pesawat, Pilot dan awak kabin.

Selain ini airlines dan regulator sebaiknya secara sistematik, lakukan pemantauan kebugaran kejiwaan awak pesawat. "Medical check tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek psikiatri," tuturnya.

Demikian juga perlu perbaikan sistem interaksi awak kabin denhgan Pilot, terutama dalam penerbangan tengah malam atau dini hari. "Jadwal kunjungan Awak Kabin ke kokpit perlu ditingkatkan. Pada penerbangan normal setiap 30 menit. Untuk penerbangan tengah malam mungkin dapat dipercepat jadi setiap 15 menit," tandas mantan Anggota DPR RI.

https://ombudsman.go.id/content/images/kliping/kliping_20190829_120343.jpg
Alvin Lei, pengamat penerbangan (Foto: Istimewa)

Adapun kejadian ini diklasifikasikan sebagai insiden serius oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), lantaran menyebabkan rangkaian kesalahan navigasi yang terjadi saat kedua pilot tertidur selama sekitar 28 menit ketika bertugas.

Perlu dicatat, bahwa insiden semacam ini bukan pertama kali terjadi. Pada 2019 silam, pesawat Batik Air mendarat darurat karena pilot pingsan. Menyusul insiden ini, Kementerian Perhubungan memerintahkan seluruh operator penerbangan melakukan pengecekan kesehatan seluruh staf penerbangan.

Kronologi

Merujuk pada laporan investigasi yang dirilis KNKT, pesawat Airbus A320 itu dengan nomor egistrasi PK-LUV beroperasi sebagai penerbangan penumpang terjadwal dengan rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta menuju Bandara Haluoleo di Kendari, Sulawesi tenggara, kemudian kembali ke Jakarta.

Pesawat itu dioperasikan oleh dua pilot dan empat pramugari. Kedua pilot yang mengawaki pesawat itu adalah seorang pilot berusia 32 tahun dan seorang kopilot berusia 28 tahun.

“Dalam penerbangan dari Jakarta menuju Kendari, second in command (SIC atau kopilot) memberi tahu pilot in command (PIC atau pilot) bahwa dirinya tak istirahat yang cukup,” tulis KNKT dalam laporannya.

Kopilot kemudian beristirahat di kokpit dan tidur sekitar 30 menit kemudian terbangun sebelum pesawat bersiap mendarat.

Namun, Menara Pengatur Lalu Lintas Pesawat (ATC) di Bandara Kendari memberitahu bahwa kondisi cuaca di bawah standar dan bandara juga belum buka. Pesawat kemudian bertahan selama 30 menit di udara.

Pukul 07.48 waktu setempat, pesawat itu mendarat di Kendari.

Pada pukul 00.05 UTC atau 08.05 waktu setempat, pesawat itu melakukan penerbangan rutinnya menuju Jakarta dengan nomor penerbangan BTK6723 dan waktu penerbangan 2 jam 35 menit, sesuai jadwal maskapai Batik Air.

Ada sekitar 153 penumpang di dalam pesawat tersebut. Saat pesawat mencapai ketinggian jelajah, kedua awak melepas headset mereka

“PIC (pilot) meminta izin kepada SIC (kopilot) untuk istirahat dan izin diberikan. Tak lama kemudian PIC tertidur dan SIC mengambil alih tugas sebagai PM (pilot monitoring),” tulis KNKT.

Pada pukul 01.22 UTC atau 09.22 waktu setempat, pilot terbangun dan menawarkan untuk bergantian istirahat. Namun kopilot mengatakan dia akan melanjutkan tugasnya. Sang pilot kemudian melanjutkan tidurnya.

Kopilot pada saat itu menjalankan tugas sebagai PF (pilot flying) yang menerbangkan pesawat dan PM (pilot monitoring) sekaligus.

Dia kemudian meminta Area Control Center (ACC) Makassar untuk terbang menuju 250 derajat untuk menghindari cuaca buruk. ACC Makassar menginstruksikan pesawat untuk menghubungi ATC Jakarta atau ACC Jakarta.

Beberapa saat setelah membaca kembali instruksi ACC Jakarta, kopilot "tidak sengaja tertidur," menurut KNKT.

Pada 01.56 UTC atau 12 menit setelah rekaman transmisi terakhir dari kopilot, petugas ACC di Jakarta menanyakan berapa lama pesawat harus terbang pada jalurnya saat ini. Tidak ada balasan dari pilot.

“Beberapa upaya menghubungi BTK6723 telah dilakukan ACC Jakarta termasuk bertanya pilot lain untuk memanggil BTK6723. Tidak ada satupun panggilan yang ditanggapi oleh pilot BTK6723,” tulis KNKT dalam laporannya.

Pada 02.11 UTC atau 28 menit setelah transmisi terakhir yang direkam dari SIC, pilot terbangun dan menyadari pesawat “tidak berada pada jalur penerbangan yang benar”.

Pilot segera membangunkan kopilot yang tertidur dan pada waktu yang hampir bersamaan, pilot menanggapi panggilan dari pilot lain dan petugas ACC di Jakarta.

“Pilot memberi tahu ACC Jakarta bahwa BTK6723 mengalami masalah komunikasi dan saat ini masalah tersebut telah teratasi. Penerbangan kemudian dilanjutkan dan mendarat di Jakarta dengan lancer,” tulis KNKT.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini dan tidak ada kerusakan pada pesawat.

Monitorindonesia.com telah meminta tanggapan kepada pihak Lior Air Group, namun bungkam hinga berita ini diterbitkan. (An)

Topik:

airbus-a320-milik-batik-air knkt batik-air lion-air-group iplot-tidur kopilot-tidur lion-air