Rupiah Anjlok Lagi, Dibuka di Rp16.305 per Dolar AS

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 20 Desember 2024 09:48 WIB
Rupiah Melemah Pagi Ini (20/12/2024). (Foto: Dok MI)
Rupiah Melemah Pagi Ini (20/12/2024). (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Rupiah dibuka melemah pagi ini, Jumat (20/12/2024) sesuai prediksi, masih tertekan oleh perkembangan pasar global yang melambungkan pamor dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah dibuka turun 0,09% ke level Rp16.305/US$. Ini menjadi level terlemah rupiah sejak Juli lalu.

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Won memimpin pelemahan dengan penurunan nilai hingga 0,15%, baht 0,12%, dolar Taiwan 0,10% lalu rupiah, ringgit 0,06%, dolar Hong Kong 0,02%.

Namun, peso, yen dan dolar Singapura serta yuan offshore masih mengalami penguatan terhadap dolar AS. Masing-masing nilainya naik 0,11%, 0,10% lalu 0,01%.

Pelemahan rupiah pagi ini menunjukkan pergerakan yang lebih terkendali, sementara pasar saham memberikan sedikit dukungan positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis sebesar 0,04% sebelum naik lebih signifikan hingga 0,35%, kembali bertahan di kisaran level 7.000-an.

Di pasar surat utang negara (SUN), imbal hasil (yield) untuk tenor 2Y stabil di 7,01%, Sedangkan tenor 5Y ada di 7,05% dan 10Y kini di 7,09%.

Sementara itu, indeks dolar AS terus mencatat penguatan, naik 0,07% pagi ini ke level 108,48, angka tertinggi sejak 2022. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS yang lebih ketat. Imbal hasil obligasi AS, Treasury, juga mencatat kenaikan, dengan tenor 10Y di level 4,56% dan tenor 2 tahun di 4,31%.

Fokus pasar global kini tertuju pada rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) nanti malam yang mungkin akan memberi sinyal dibutuhkan akan arah kebijakan bunga acuan ke depan.

Hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal Reserve (FOMC) yang diumumkan pada Kamis dini hari lalu, mengecewakan ekspektasi pelaku pasar global. The Fed, yang sebelumnya memberikan sinyal akan melakukan empat kali pemangkasan suku bunga acuan sebesar total 100 basis poin pada 2025, kini mengurangi proyeksi tersebut menjadi hanya dua kali pemangkasan.

Langkah itu dinilai sebagai respon dan antisipasi terhadap kebijakan Pemerintah AS ke depan di bawah rezim Donald Trump yang sudah bersiap menerapkan kebijakan proteksionisme di bawah jargon 'America First'. Kebijakan 'inward looking' ala Trump dikhawatirkan akan membangkitkan lagi inflasi di negeri itu.

Analis Forex Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, rupiah berpotensi makin tertekan hingga ke kisaran Rp17.000/US$ tahun depan, di tengah tren pelemahan hampir semua mata uang dunia terhadap dolar AS akibat kebijakan-kebijakan Trump nanti yang potensial memicu inflasi.

"Bukan hanya rupiah. Ini karena dolar AS yang menguat sehingga semua mata uang lawannya lemah. Level Rp16.000/US$ akan menjadi kenormalan baru," ungkap Lukman, yang menilai dunia perlu mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS agar tidak 'tersandera' terus menerus seperti saat ini.

Topik:

rupiah dolar-as pasar-global lukman-leong rupiah-melemah