Menteri Ekonomi hingga Ketua OJK akan Terbang ke AS untuk Negosiasi Tarif

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 14 April 2025 18:12 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Ist)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Sejumlah menteri dan pejabat tinggi ekonomi dijadwalkan terbang ke Washington DC, Amerika Serikat, pada 16 hingga 23 April 2025, guna melanjutkan negosiasi terkait kebijakan tarif perdagangan kontroversial yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia.

Dalam rombongan tersebut, yakni: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono. Selain itu, akan hadir pula Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.

"Kami akan bertemu dengan USTR [US Trade Representative], dengan Sekretaris Komersial, dengan Menteri Sekretaris State dan juga Sekretaris Perdagangan. Nah hari ini Pak Menlu juga akan berangkat ke Washington DC, kemudian besok saya dan Ibu Mari akan berangkat," tutur Airlangga dalam Konferensi Pers hasil rapat koordinasi teknis terbatas di kantornya, dikutip Senin (14/4/2025)

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengklaim Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama yang diundang untuk melakukan negosiasi ke Washington DC. Hal ini sejalan dengan adanya arahan Presiden Prabowo yang menyurati tiga kementerian yang diberi tugas untuk melakukan pembicaraan negosiasi.

Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah telah mempersiapkan dokumen non-paper yang komprehensif, mencakup isu tarif, hambatan non-tarif (non-trade measures), investasi, hingga kerja sama ekonomi di luar sektor perdagangan.

"Jadi seluruh isu kita akan jawab. Dan juga rencana daripada Indonesia untuk mengkompensasikan delta daripada ekspor dan impor yang besarannya US$18 miliar - US$19 miliar," ujar Airlangga.

"Nah oleh karena itu secara teknis sudah disiapkan komoditasnya, dan secara teknis juga Indonesia akan ada selain mengundang investasi Amerika di Indonesia, Indonesia juga akan ada perusahaan yang akan investasi di Amerika. Sehingga seluruhnya tentu tergantung daripada pembicaraan nanti. Mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan," tambahnya.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini kembali memperketat aturan perdagangan internasional dengan menetapkan tarif impor baru bagi negara-negara mitra dagangnya di seluruh dunia.

Trump menerapkan tarif minimum sebesar 10% untuk semua negara yang mengirimkan barang ke A, serta bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara yang memiliki defisit perdagangan tertinggi dengan AS. Negara-negara yang paling terdampak oleh kebijakan ini antara lain Tiongkok, yang kini menghadapi total tarif hingga 125%, Uni Eropa, serta Vietnam.

Tarif dasar 10% mulai berlaku pada Sabtu (5/4/2025) tengah malam. Sementara tarif resiprokal yang awalnya akan dimulai pada Rabu (9/4/2025) pukul 00.01 waktu setempat, secara mengejutkan ditunda selama 90 hari.

Sebelumnya, Trump telah lebih dahulu memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap impor mobil, baja, dan aluminium dari Kanada dan Meksiko, serta terhadap produk-produk yang tidak memenuhi ketentuan dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara. Selama tarif khusus ini masih berlaku, kedua negara tersebut tidak akan terdampak oleh kebijakan tarif baru.

Selain itu, AS juga telah mengenakan tarif universal sebesar 20% terhadap hampir seluruh produk ekspor dari Eropa, ditambah dengan bea masuk sebesar 25% untuk mobil dan sejumlah komponen otomotif. 

Trump bahkan telah menyatakan rencana untuk menambah tarif baru atas produk kayu, cip semikonduktor, dan barang farmasi. Seluruh tarif tambahan ini diperkirakan akan dikenakan pada produk-produk asal Uni Eropa dengan nilai total sekitar €380 miliar.

Topik:

tarif-as kebijakan-tarif trump