Utang Menggunung, Danantara Evaluasi Solusi Proyek Kereta Cepat

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 6 Agustus 2025 11:18 WIB
CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani (Foto: Ist)
CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah menyiapkan solusi untuk menyelesaikan masalah utang dan memperkuat kondisi keuangan sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

CEO BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, mengungkapkan bahwa pihaknya kini sedang dalam tahap evaluasi untuk menentukan langkah terbaik dalam menangani kewajiban utang konsorsium tersebut.

"Kita sedang evaluasi ini, dan kita mau memastikan supaya ini bisa Kalau kita melakukan suatu corporate action itu tuntas," kata Rosan kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/8/2025).

Ia menyebut bahwa pihaknya kini tengah merumuskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menyelesaikan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh agar permasalahan utang dalam terselesaikan secara menyeluruh.

Rosan menekankan bahwa keputusan terkait restrukturisasi akan diumumkan secara resmi pada waktu yang tepat.

"Nanti pada saatnya kita akan umumkan langkah-langkah kita Dalam langkah kita merestrukturisasi dari KCIC atau whoosh ini Terima kasih ya Nanti kita laporkan hasilnya," imbuhnya.

Sebelumnya, Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria mengatakan bahwa Danantara sedang menyiapkan sejumlah solusi jangka panjang untuk menyelesaikan persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Pasalnya, Konsorsium proyek ini diketahui menanggung beban keuangan cukup besar, dan kini masuk dalam daftar prioritas restrukturisasi Danantara.

“Kami ingin penyelesaian kali ini bersifat komprehensif dan tidak mengganggu kinerja Kereta Api Indonesia ke depannya,” kata Dony usai Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, baru-baru ini.

Sebagaimana diketahui, konsorsium KCJB melibatkan beberapa BUMN, antara lain PT KAI, PT Wijaya Karya (WIKA), dan PT Jasa Marga. Seluruh entitas ini terlibat dalam pengelolaan dan pendanaan proyek KCJB yang menelan biaya investasi hingga US$7,2 miliar, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar US$1,2 miliar.

Tambahan biaya tersebut dipicu oleh sejumlah kendala, mulai dari pembebasan lahan, perubahan desain, serta kompleksitas teknis selama konstruksi.

Proyek Kereta Cepat Whoosh dibiayai melalui skema kombinasi, dengan 75% dari pinjaman dan sisanya 25% dari ekuitas. Sebagian besar pembiayaan proyek ini ditopang oleh pinjaman dari China Development Bank sebesar 75%.

Sementara itu, porsi ekuitas sebesar 25% berasal dari setoran modal para pemegang saham, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60% dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Sebesar 40%.

Topik:

bpi-danantara kereta-cepat utang whoosh