Pinjol dan Paylater jadi Hambatan Milenial-Gen Z Beli Rumah

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 Agustus 2025 15:39 WIB
Generasi Muda Kesulitan Kredit Rumah karena Pinjol dan Paylater (Foto: Dok MI)
Generasi Muda Kesulitan Kredit Rumah karena Pinjol dan Paylater (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Impian generasi muda untuk memiliki rumah semakin menjauh. Bukan hanya karena tingginya harga properti, tetapi juga akibat jeratan utang dari pinjaman online (pinjol) dan layanan buy now pay later (BNPL) yang kini menjadi momok baru.

President Director PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P. Adhi mengungkapkan, pinjol dan paylater telah masuk ke dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Artinya, riwayat pinjaman itu akan tercatat dan bisa menjadi penghalang saat generasi muda mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR).

"Kenapa teman-teman di middle low itu daya belinya juga turun, selain ekonomi memang lagi berat banyak PHK itu satu urusan, tapi sebetulnya ada ancaman yang paling berbahaya adalah pinjol," tutur Adrianto dalam acara Indonesia Summit 2025 di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

Adrianto menuturkan, keberadaan pinjaman online menjadi salah satu faktor utama yang menggagalkan pengajuan KPR, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Banyak calon debitur yang akhirnya tidak lolos verifikasi karena masih memiliki tunggakan pinjol.

"Karena ketika ada pinjaman online kemudian ada paylater ada. Kami punya di Bekasi itu juga ada yang tadi disebut tipe-tipe kecil gitu. Itu begitu KPR-nya nggak lulus karena TV-nya belum lunas kulkasnya belum lunas. Sangat kasihan," ujarnya.

Menurutnya, pinjol mendorong masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Apalagi ditambah dengan adanya layanan paylater, konsumtif masyarakat semakin tinggi.

"Pinjol dan memang terdorong terus untuk konsumtif Dengan adanya paylater pinjol tadi konsumtifnya makin tinggi, tapi akhirnya pada saat harus beli rumah, rumahnya masih kontrakan begitu rumah dia akan kena BI Checking atau SLIK Itu yang jadi masalah sekarang," jelas Adrianto.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa generasi milenial maupun generasi Z sebenarnya masih mampu untuk membeli rumah. Data penjualan di Summarecon Bekasi menunjukkan, mayoritas pembeli justru berasal dari kalangan milenial sebesar 62%, disusul gen Z yang mencapai sekitar 16-17%.

"Karena waktu itu tahun 2023. Tapi di Summarecon Serpong penjualan oleh adik-adik kita di milenial itu sampai 49%, dari seluruh penjualan kita, dan gen Z-nya lebih bagus, 37%. Artinya, sebetulnya Kami punya satu produk. Nah, itu artinya teman-teman millenial dan gen Z yang dulunya diasumsikan mereka itu lebih senang travelling daripada beli rumah, ternyata beli," pungkasnya.

Topik:

pinjaman-online kpr slik-ojk milenial gen-z