Utang Pay Later Masyarakat Meroket! Tembus Rp24 Triliun per Juli 2025

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 6 September 2025 09:37 WIB
Ilustrasi (Foto: Ist)
Ilustrasi (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Utang masyarakat Indonesia melalui skema Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan terus meroket. Per Juli 2025, nilainya sudah menembus Rp24,05 triliun atau tumbuh 33,56 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan porsi kredit BNPL perbankan saat ini tercatat 0,30 persen dari total kredit nasional. 

"Angka ini terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan," ujarnya, Sabtu (6/9/2025). 

Pembiayaan BNPL yang disalurkan perusahaan pembiayaan pada Juli 2025 tercatat meningkat sebesar 56,74 persen yoy atau menjadi Rp8,81 triliun. Sedangkan NPF gross sebesar 2,95 persen.

Sementara itu, kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga dan aktivitas operasional perbankan tetap optimal untuk memberikan layanan keuangan bagi masyarakat. Pada Juli 2025, kredit tumbuh 7,03 persen yoy (Juni 2025: 7,77 persen) menjadi Rp8.043,2 triliun. 

Dian menyampaikan bahwa, berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 12,42 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 8,11 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 3,08 persen yoy.

Berdasarkan kepemilikan, kredit dari kantor cabang bank asing tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 9,90 persen yoy.

"Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 9,59 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 1,82 persen, di tengah  upaya perbankan yang berfokus  pada pemulihan kualitas kredit UMKM," imbuhnya.

Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tercatat tumbuh tinggi secara tahunan mencapai double digit.

Sektor pertambangan dan penggalian naik 18,31 persen, sektor pengangkutan dan pergudangan tumbuh 22,25 persen dan aktivitas jasa lainnya tumbuh 28,92 persen. 

Topik:

utang-masyarakat buy-now-pay-later bnpl