Keputusan Purbaya Tolak Tax Amnesty Bikin Rupiah Anjlok


Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah (IDR) kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Kamis sore (25/9/2025). Mata uang Garuda ditutup melemah 64 poin di level Rp16.749 per dolar AS, setelah sempat menyentuh pelemahan hingga 80 poin dibanding penutupan sebelumnya di Rp16.684.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.740 - Rp 16.810," ujar pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Sentimen domestik turut dipengaruhi oleh keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak rencana penerapan kembali program pengampunan pajak (tax amnesty).
Penolakan tersebut didasari kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan oleh sebagian pengusaha. Namun, di sisi lain, pasar merespon negatif keputusan tersebut yang pada akhirnya menekan kurs rupiah.
"Menkeu saat ini menegaskan tidak akan mendukung rencana penerapan kembali program pengampunan pajak atau tax amnesty. Ia khawatir jika tax amnesty kembali dijalankan, wajib pajak justru akan memanfaatkan celah tersebut," tulis Ibrahim.
Selain itu, rupiah juga terdampak beberapa sentimen eksternal, yakni memanasnya ketegangan di Eropa, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menunjukkan nada agresif terhadap Rusia.
Pernyataan tersebut terkait dorongan pada negara-negara Eropa agar tidak terus membeli minyak Rusia. Trump juga mempertimbangkan sanksi baru yang dapat menargetkan aliran energi negara itu.
Retorika tersebut meningkatkan risiko geopolitik di pasar yang pada akhirnya berdampak ke rupiah, di mana muncul kekhawatiran bahwa sanksi yang lebih keras dapat mengganggu ekspor Rusia atau memicu tindakan balasan pasokan.
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell juga memberi pengaruh terhadap pergerakan rupiah. Powell menegaskan bahwa bank sentral AS tetap berpegang pada prinsipnya bahwa kebijakan moneter tetap bergantung pada data dan tidak ada jalur yang telah ditetapkan untuk keputusan suku bunga di masa mendatang.
"Ke depannya, mandat ganda The Fed menghadirkan keseimbangan yang rumit, meskipun kecenderungannya semakin mengarah pada perlindungan pasar tenaga kerja. Kemajuan menuju target inflasi 2% tampaknya tersendat, tetapi risiko kenaikan harga belum terwujud," ujat Ibrahim.
Topik:
rupiah-melemah nilai-tukar-rupiah dolar-as