Defisit Perdagangan RI dengan China Tembus US$ 14,32 Miliar

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 1 Oktober 2025 9 jam yang lalu
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan terbesar dengan China selama periode Januari-Agustus 2025, mencapai US$ 14,32 miliar.

“Defisit dengan China terjadi karena didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam konferensi pers secara hybrid di kantornya, Rabu (1/10/2025).

BPS mencatat, selama periode tersebut, ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 40,44 miliar, sementara impor dari China tembus US$ 54,76 miliar. 

Tiga komoditas utama yang menjadi penyebab defisit perdagangan Indonesia dengan China adalah mesin dan peralatan mekanis beserta bagiannya senilai US$ 12,51 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik beserta bagiannya senilai US$ 11,25 miliar, serta kendaraan beserta bagiannya (HS 87) senilai US$ 3,04 miliar.

Sementara itu, Indonesia mencatat defisit terbesar kedua dengan Australia, yakni sebesar US$ 3,05 miliar selama Januari-Agustus 2025. Adapun nilai ekspor sebesar US$ 2,49 miliar dan impor sebesar US $5,54 miliar. 

Tiga komoditas penyumbang defisit dengan Australia adalah serealia sebesar US$ 960 juta, bahan bakar mineral sebesar US$ 760 juta, bijih logam, terak, dan abu senilai US$ 610 juta.

Indonesia juga mengalami defisit dengan Brasil sebesar US$ 1,09 miliar pada Januari-Agustus 2025. Adapun ekspor Indonesia ke Brasil senilai US$ 1,51 miliar. Indonesia juga melakukan impor dari Brasil senilai US$ 2,6 miliar.

Tiga produk penyumbang defisit terdalam adalah ampas dan sisa industri makanan senilai US$ 1,13 miliar; gula dan kembang gula senilai US$ 460 juta; dan kapas senilai US$ 220 juta.

Meski ada defisit di beberapa negara, neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 29,14 miliar, naik sebesar US$ 10,13 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 185,13 miliar atau meningkat 7,72% dibanding periode yang sama tahun 2024.

Nilai impor Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2025 tercatat US$ 155,99 miliar, meningkat 2,05% dibandingkan periode yang sama pada 2024.

“Dengan capaian ini, maka neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama 64 bulan berturut-turut,” kata Habibullah.

Topik:

bps defisit-perdagangan china