Harga Minyak Dunia Anjlok 4 Persen

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 13 November 2025 08:52 WIB
Harga Minyak Dunia Melemah 4 Persen (Foto: Ist)
Harga Minyak Dunia Melemah 4 Persen (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak dunia merosot tajam lebih dari USD2 per barel pada perdagangan Rabu (12/11/2025), setelah laporan terbaru Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengindikasikan bahwa pasokan global berpotensi seimbang dengan permintaan pada 2026.

Proyeksi terbaru itu menandai perubahan besar dari perkiraan sebelumnya yang memperingatkan potensi defisit pasokan.

Dalam perdagangan Rabu, kontrak berjangka Brent ditutup di level USD62,71 per barel, melemah 3,76 persen, setelah sempat menguat 1,7 persen di sesi sebelumnya. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD58,49 per barel, anjlok 4,18 persen, setelah sempat naik 1,5 persen pada sesi sebelumnya.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan bahwa pasokan minyak dunia akan seimbang dengan permintaan tahun depan, seiring peningkatan produksi oleh kelompok OPEC+. Sebelumnya, OPEC memperkirakan defisit pasokan pada 2026.

Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, menilai perubahan pandangan OPEC menjadi faktor utama di balik anjloknya harga minyak dunia.

“Pasar ingin percaya bahwa kondisinya memang seimbang. Saya pikir pasar kali ini lebih mempercayai OPEC daripada IEA,” katanya. 

Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan tahunan World Energy Outlook memproyeksikan bahwa permintaan minyak dan gas masih berpotensi meningkat hingga tahun 2050.

Proyeksi ini berbeda dari perkiraan sebelumnya yang menyebut permintaan minyak global akan mencapai puncaknya dalam dekade ini. Perubahan itu terjadi karena IEA kini menggunakan metode perhitungan baru yang tidak sepenuhnya berbasis pada target iklim.

Partner di Again Capital, John Kilduff, mengatakan pandangan OPEC itu muncul di tengah kondisi pasar di mana sebagian penjual minyak mentah kesulitan mencari pembeli.

Sejumlah analis menilai kelebihan pasokan minyak mentah masih menjadi penahan utama bagi kenaikan harga.

Sebelumnya, OPEC+ memutuskan untuk menghentikan rencana kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan, setelah secara bertahap menghapus pemangkasan produksi sejak Agustus tahun ini.

Analis dari IG Markets, Tony Sycamore, dalam catatannya menyebut bahwa pembukaan kembali pemerintahan Amerika Serikat berpotensi memulihkan kepercayaan konsumen dan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan minyak mentah.

Di Washington, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang dikuasai Partai Republik dijadwalkan melakukan pemungutan suara pada Rabu malam waktu setempat atas rancangan undang-undang (RUU) yang sudah disetujui Senat untuk memulihkan pendanaan lembaga pemerintah hingga 30 Januari.

Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan akan merilis proyeksi terbarunya pada Kamis Kamis mendatang.

Topik:

minyak-dunia harga-minyak