Partai Demokrat Minta Pemerintah Indonesia Desak Rusia Mundur dari Ukraina

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 1 Maret 2022 15:55 WIB
Monitorindonesia.com - Partai Demokrat mendesak Pemerintah Indonesia harus berani meminta Rusia untuk mundur dari Ukraina. Bahkan, Indonesia didesak harus melakukan penyelesaian damai bagi kedua belah pihak yakni Rusia dan Ukraina. Demikian disampaikan Kepala Departemen Luar Negeri dan Keamanan Nasional Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin merespons invasi yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina dalam beberapa waktu terakhir ini. “Indonesia harus berani meminta Rusia mundur dari Ukraina. Mendesak penyelesaian damai kedua belah pihak,” kata Politikus Demokrat itu, Senin,(1/3/2022). Anggota Komisi XI DPR RI ini meminta, Indonesia juga harus berinisiatif menjadi bagian dari juru damai. Hal ini, kata Didi, mengingat hubungan yang baik pada kedua negara, baik Rusia maupun Ukraina. “Dampak perang masyarakat sipil banyak dirugikan, terjadi kerusakan ekonomi dan potensi pelanggaran HAM,” jelas Didi. Meski demikian, Didi memandang, sikap Indonesia sejauh ini sudah cukup baik. Namun, tetap harus berani melalukan hal yang lebih dari itu demi keselamatan manusia dan perdamaian dunia. “Indonesia menilai penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional, termasuk penghormatan terhadap integritas wilayah dan kedaulatan, penting untuk terus dijalankan,” jelas Didi. Oleh karenanya, kata Didi, serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima. Didi menegaskan, serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia. “Indonesia harus meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi,” beber Didi. Didi berharap, agar Indonesia juga dapat mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi. “Lalu pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri, telah mempersiapkan rencana evakuasi WNI,” pungkas Didi. Diketahui, Invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak Kamis (24/2/2022), lalu masih berlanjut hingga Selasa. Kedua negara yang bertemu di Belarusia kemarin pun gagal mencapai kata sepakat untuk perdamaian. Serangan ini juga membuat korban terus bertambah, dengan badan PBB mencatat ratusan warga sipil tewas, sementara hampir setengah juta orang harus mengungsi ke luar Ukraina. (Aswan)