Rusia dan Ukraina Sepakati Koridor Kemanusiaan untuk Tangani Pengungsi

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 4 Maret 2022 12:05 WIB
Monitorindonesia.com - Rusia dan Ukraina sepakat tentang perlunya koridor kemanusiaan untuk membantu warga sipil melarikan diri dari invasi yang telah berlangsung sembilan hari. Langkah itu merupakan kemajuan nyata pertama dalam pembicaraan kedua negara setelah Amerika Serikat dan Inggris memukul Rusia dengan lebih banyak sanksi berat. Ribuan orang diperkirakan tewas atau terluka dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua berlangsung. Hal itu telah menciptakan 1 juta pengungsi, memukul ekonomi Rusia dan ketakutan akan konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade. Akan tetapi pasukan Rusia terus mengepung dan menyerang kota-kota Ukraina, termasuk Mariupol yang merupakan kota pelabuhan utama di timur yang telah dibombardir sehingga tanpa air atau listrik. Para pejabat mengatakan mereka tidak dapat mengevakuasi mereka yang terluka. Setelah pembicaraan di lokasi yang dirahasiakan, Rusia mengatakan "kemajuan substansial" telah dibuat sementara pihak Ukraina menyatakan upaya bantuan untuk masyarakat sipil belum sebagaimana yang diharapkan pihak Ukraina. Penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan penghentian sementara pertempuran di lokasi tertentu juga dimungkinkan. Artinya, koridor kemanusiaan itu sendiri akan ada di tempat tertentu sehingga dimungkinkan untuk melakukan gencatan senjata selama evakuasi, katanya. Tim perunding juga telah melihat secara langsung pengiriman obat-obatan dan makanan ke tempat-tempat di mana pertempuran paling sengit terjadi. Para perunding akan bertemu lagi minggu depan, kata kantor berita Belarusia Belta mengutip Podolyak seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (4/3/2022). Pihak negara Barat menanggapi invasi Presiden Rusia Vladimir Putin dengan dukungan militer dan dengan mengencangkan sekrup ekonomi di Kremlin dan Rusia. Dampaknya sejauh ini termasuk antrean di luar bank, anjloknya nilai rubel dan eksodus perusahaan asing. Kemarin, baik Amerika Serikat maupun Inggris mengumumkan sanksi terhadap oligarki dan menyelaraskan dengan langkah-langkah yang diambil Uni Eropa awal pekan ini. [tar]