AS: Rusia Diduga Gunakan Senjata Kimia di Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 10 Maret 2022 12:15 WIB
Monitorindonesia.com - Rusia dicurigai merencanakan serangan senjata kimia atau senjata biologi di Ukraina sehingga perlu diwaspadai. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan klaim Rusia tentang laboratorium senjata biologis AS, dan pengembangan senjata kimia di Ukraina, tidak masuk akal. Karena itu dia menyebut klaim itu palsu dan sebagai "taktik yang jelas" untuk mencoba membenarkan serangan terencana dan tidak beralasan. Pernyataan itu keluar setelah pejabat Barat berbagi kekhawatiran yang sama tentang serangan baru. Mereka mengatakan "sangat prihatin" tentang risiko perang yang bisa meningkat, dan khususnya kemungkinan menggunakan senjata non-konvensional. Senjata non-konvesional itu kemungkinan besar mengacu pada senjata kimia meskipun istilah itu juga mencakup senjata nuklir taktis (skala kecil), senjata biologis, dan bom. "Kami punya alasan bagus untuk khawatir," kata seorang pejabat Barat seperti dikutip BBC.com, Kamis (10/3). Mereka mengatakan ini karena apa yang telah terlihat di tempat lain di mana Rusia terlibat dalam pengadaan senjata kimia digunakan Suriah sebagai sekutunya. Psaki mengatakan: "Kita semua harus mewaspadai Rusia yang mungkin menggunakan senjata kimia atau senjata biologi di Ukraina, atau untuk membuat operasi “bendera palsu” dengan menggunakan senjata tersebut karena polanya sudah jelas. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan roket termobarik di Ukraina. Roket ini juga dikenal sebagai bom vakum karena menyedot oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi. Cara itu membuat senjata tersebut lebih dahsyat daripada bahan peledak konvensional dengan ukuran yang sama selain memiliki dampak yang mengerikan pada orang-orang yang terperangkap dalam radius ledakan.