Rusia Langgar Gencatan Senjata, Polandia Berikan MiG-29 ke AS untuk Digunakan di Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 9 Maret 2022 15:55 WIB
Monitorindonesia.com - Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Rusia melanggar gencatan senjata dengan menembaki koridor kemanusiaan dari Zaporizhzhia ke kota Mariupol yang terkepung. Di kota pelabuhan selatan Mariupol, orang tidak hanya menderita akibat pemboman, tetapi tidak memiliki pemanas, air, sistem sanitasi, atau telepon. Bus seharusnya mengirimkan pasokan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan ke kota itu, kemudian menjemput warga sipil untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Akan tetapi segera setelah para pejabat mengumumkan bahwa bus sedang dalam perjalanan, kantor presiden Ukraina mengatakan telah diberitahu tentang penembakan di rute pelarian. Tidak jelas apakah konvoi pasokan berhasil sampai ke Mariupol atau apakah warga sipil akan bebas naik bus jika penembakan berlanjut. Walikota itu juga meragukan evakuasi dengan mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Rusia terus membombardir daerah di mana orang-orang berusaha berkumpul. Dia mengatakan beberapa jalan diblokir seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (9/3). Pertempuran di Mariupol sangat penting karena penguasaan kota itu akan memungkinkan Moskow membangun koridor darat ke Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada tahun 2014. Diperkirakan 200.000 orang atau hampir setengah dari populasi 430.000 berharap untuk melarikan diri. Sementara itu, dalam perkembangan lain Polandia siap menyerahkan semua pesawat MiG-29 mereka secara gratis kepada pemerintah AS sebagai bagian dari pemberian pesawat untuk digunakan oleh angkatan udara Ukraina guna mengusir Rusia. Menurut Pemerintah Polandia, pihaknya telah meminta AS untuk menyediakan pesawat bekas dengan kemampuan operasional serupa. Pemerintah Polandia juga meminta anggota NATO pemilik pesawat MiG-29 untuk bertindak dengan cara yang sama. Langkah itu menyusul negosiasi dan diskusi di belakang panggung selama berminggu-minggu di London antara perdana menteri Polandia dan Boris Johnson.

Topik:

Rusia Ukraina