Raksasa Waralaba AS McDonald Turut Tarik Diri dari Rusia Setelah Apple dan Levi’s

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 9 Maret 2022 12:42 WIB
Monitorindonesia.com - Perusahaan waralaba multinasional milik Amerika Serikat, McDonald menangguhkan kegiatan usahanya di Rusia sebagaimanan dengan Apple, Levi's dan lainnya. Coca-cola dan Starbuck diperkirakan akan mengambil langkah yang sama meski beberapa di antaranya memilih tetap tinggal di negara itu dengan risiko reputasi mereka. Setelah invasi bulan lalu ke Ukraina, tekanan terus meningkat dan seruan muncul di media sosial dengan tagar seperti #BoycottMcDonalds dan #BoycottPepsi. "McDonald's telah memutuskan untuk menutup sementara semua restoran kami di Rusia dan menghentikan sementara semua operasi di pasar," menurut raksasa makanan cepat saji itu seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (9/3). Sambil menyesalkan dampaknya terhadap 62.000 orang yang bekerja di 850 restoran di Rusia, perusahaan tersebut menyatakan, “Kami tidak dapat mengabaikan penderitaan manusia yang tidak perlu yang terjadi di Ukraina.” Kepala Dana Pensiun negara bagian New York, Thomas DiNapoli telah mengirim surat kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara itu dengan mengatakan bahwa mereka “perlu mempertimbangkan apakah berbisnis di Rusia sepadan dengan risikonya selama masa yang luar biasa bergejolak ini”. Pesan itu dikirim ke McDonald's dan Pepsi, produsen makanan ringan Mondelez, grup kosmetik Estee Lauder, and Coty serta perusahaan pialang Bunge. Sebuah tim dari Universitas Yale yang mencatat daftar perusahaan dengan kehadiran signifikan di Rusia menyatakan sekitar 250 telah mengumumkan penarikan mereka dari negara tersebut sejak invasi Rusia atas Ukraina. Hal itu mengingatkan pada “boikot perusahaan berskala besar terhadap Apartheid Afrika Selatan pada 1980-an. ” Akan tetapi banyak perusahaan AS yang terus beroperasi di Rusia dan tetap diam. Namun Bunge, Mondelez, Kimberly-Clark dan Coty tidak menanggapi permintaan wartawan untuk berkomenter. Starbucks menyatakan 130 kedai kopinya di Rusia dimiliki oleh konglomerat Kuwait. Sedangkan Yum Brands menyatakan sekitar 1.000 KFC dan 50 restoran Pizza Hutnya hampir semuanya dioperasikan oleh pemilik independen. Dalam beberapa kasus tekanan itu berhasil: Senin malam, Yum Brands mengumumkan "menangguhkan semua investasi dan pengembangan restoran di Rusia" dan Estee Lauder "memutuskan untuk menangguhkan semua aktivitas komersial di Rusia". Beberapa bisnis mungkin memiliki alasan yang sah untuk bertahan, kata beberapa pakar etika dan strategi komunikasi. Perusahaan itu mungkin ragu untuk pergi karena mereka pikir mereka dapat menengahi atau karena mereka membuat produk penting, seperti bahan farmasi, kata Tim Fort, profesor etika bisnis di Indiana University.