Pengamat Ingatkan Indonesia untuk Lebih Berhati-hati Melihat Konflik Rusia-Ukraina

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 10 Maret 2022 18:44 WIB
Monitorindonesia.com - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengingatkan Indonesia, harus lebih berhati-hati dalam melihat konflik Rusia Vs Ukraina, agar tidak terjebak dan terjerumus pusaran konflik yang diciptakan Amerika Serikat (AS) dan NATO. “Di mata saya, Rusia tidak melakukan aneksasi atau invasi, juga tidak merancang untuk menduduki atau merebut Ukraina. Ini hanya hegemoni Amerika Serikat (AS) dan NATO saja,” kata pengamat Connie Rahakundini dihubungi, Kamis (10/3/2022). Menurut dia, berbagai macam sanksi yang tidak masuk akal kepada Rusia, justru akan membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin berani dan gila. Karena Putin mengetahui kelemahan kekuatan AS, Uni Eropa dan NATO, termasuk dalam berdiplomasi. “Harusnya kita abstain, siapa sih yang ngomongin kita tidak mesti abstain. Siapa pembisiknya harus diungkap, karena saya terlibat di Kemenlu soal pembicaraan perjanjian strategis dengan Rusia,” ungkapnya. Connie menilai jika Indonesia belum dimasukkan oleh Putin sebagai negara yang tidak bersahabat dengan Rusia, tinggal menunggu waktu saja. Karena itu, seharusnya Indonesia abstain, bukan mendukung resolusi Majelis Umum PBB. "Kalau sekarang kita belum masuk negara listnya Rusia, itu karena belum saja menurut saya,” kata pengamat militer ini lagi. Sebagai negara yang menggagas berdirinya Gerakan Non Blok, Connie menyarankan Indonesia seharusnya meniru politik diplomasi yang dilakukan oleh Presiden RI pertama Soekarno, yang menggabungkan negara-negara di PBB untuk mengimbangi politik besar blok. “Indonesia harusnya tampil secara diplomatik, bukan ikut-ikutan seperti sekarang. Bung Karno jadi besar, karena kemampuan diplomasinya. Bung Karno sudah mengingatkan, PBB harus adil. Ketika PBB tidak adil, semua ide besar, ide mulia hilang. Makanya saya setuju PBB harus direformasi,” demikian pengamat militer Connie Rahakundini. (Ery)