Amerika Serikat: Korut Lakukan Uji Coba Rudal ICBM Baru Antarbenua

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 11 Maret 2022 19:15 WIB
Monitorindonesia.com - Amerika Serikat menyatakan Korea Utara baru-baru ini menguji bagian dari sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang disebutnya sebagai "eskalasi serius". Pyongyang menyatakan peluncuran dilakukan pada 26 Februari dan 4 Maret yang difokuskan pada pengembangan satelit pengintai. Akan tetapi, Pentagon sekarang mengatakan tes itu adalah peluncuran eksperimental, sebelum kemungkinan peluncuran ICBM jarak penuh. Dengan jangkauan minimum 5.500 km (3.417 mil), ICBM dapat mencapai AS. Sistem senjata itu dirancang untuk pengiriman senjata nuklir seperti dikutip BBC.com, Jumat (11/3). Seorang pejabat senior Amerika Serikat menggambarkan tes itu sebagai "eskalasi serius" dan menambahkan bahwa AS akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Korea Utara pada hari Jumat. Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan langkah-langkah baru akan mencegah Pyongyang mengakses "barang dan teknologi asing" untuk lebih mengembangkan program misilnya. Korea utara berada di bawah sanksi internasional atas program rudal dan senjata nuklirnya. Pyongyang belum melakukan uji coba ICBM atau nuklir sejak 2017, meskipun pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terkadang mengisyaratkan dia melakukannya. Korut memberlakukan moratorium uji coba rudal balistik jarak jauh dan uji coba nuklir setelah pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump saat itu. Namun pada tahun 2020, Kim mengumumkan bahwa dia tidak lagi terikat dengan janji tersebut. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan dua tes Korea Utara "melibatkan sistem rudal balistik baru antarbenua". Tidak ada peluncuran yang menunjukkan jangkauan atau kemampuan ICBM, tetapi tes dilakukan "untuk mengevaluasi sistem baru ini sebelum melakukan tes pada jarak penuh di masa depan, yang berpotensi menyamar sebagai peluncuran ke luar angkasa, kata Kirby. "Amerika Serikat mengutuk keras peluncuran ini, yang merupakan pelanggaran berani terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tidak perlu meningkatkan ketegangan dan berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan itu," ujar Kirby.