Korban Tewas Akibat Badai di Filipina Capai 98 Orang, Puluhan Lainnya Hilang

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 31 Oktober 2022 15:45 WIB
Jakarta, MI - Korban tewas akibat badai yang melanda Filipina melonjak menjadi 98 orang dan sedikit harapan untuk menemukan korban selamat di daerah yang paling parah dilanda bencana, menurut Badan Bencana Nasional Filipina hari ini. Lebih dari separuh korban jiwa berasal dari serangkaian banjir bandang dan tanah longsor yang disebabkan oleh Badai Tropis Nalgae. Badai itu menghancurkan desa-desa di pulau selatan Mindanao pada hari Jumat. Mindanao sebenarnya jarang dilanda topan yang menyerang Filipina setiap tahun, tetapi badai yang mencapai wilayah tersebut cenderung lebih mematikan daripada di Luzon dan bagian tengah negara itu. “Kami telah mengalihkan operasi kami dari operasi pencarian dan penyelamatan ke operasi pengambilan karena peluang bertahan hidup setelah dua hari hampir nol,” kata Na guib Sinarimbo, kepala pertahanan sipil wilayah Bangsamoro di Mindanao seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (31/10). Jumlah kematian kemungkinan akan meningkat setelah badan bencana nasional mencatat 63 orang masih hilang dan puluhan lainnya terluka. Penjaga Pantai Filipina memposting gambar di Facebook yang menunjukkan personelnya tengah bekerja di desa Kusiong yang telah hancur di provinsi Maguindanao del Norte. Regu penolong mengarungi lumpur dan air setinggi paha dengan menggunakan potongan kayu panjang untuk mencari lebih banyak mayat. Kusiong terkubur oleh tanah longsor besar dan gundukan besar puing-puing, tepat di bawah beberapa puncak gunung yang indah. Sementara itu, para penyintas melanjutkan tugas memilukan untuk membersihkan rumah mereka yang terendam air. Warga menyapu air berlumpur dari rumah dan toko mereka saat perabotan dan barang-barang lainnya mengering di jalan-jalan kotamadya Noveleta yang sekarang cerah di selatan Ibu Kota Manila. Presiden Filipina memerintahkan bantuan darurat saat badai Nalgae membunuh 45 orang. “Sepanjang hidup saya tinggal di sini, baru pertama kali mengalami banjir seperti ini,” kata Joselito Ilano, 55, yang rumahnya terendam air setinggi pinggang. Dia mengatakan sudah terbiasa dengan banjir, tetapi kali ini yang terburuk dan saya terkejut. Perfidia Seguendia, 71, dan keluarganya kehilangan semua harta benda mereka kecuali pakaian yang mereka kenakan ketika mereka melarikan diri ke rumah dua lantai tetangga mereka. "Semuanya kebanjiran, kulkas kami, mesin cuci, sepeda motor, TV, semuanya," kata Seguendia. Yang bisa kami lakukan hanyalah menangis karena kami benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Kami tidak dapat menyelamatkan apa pun, hanya hidup kami, ujarnya. Hujan juga turun dengan intensitas tinggi di Nalgae sehingga menghancurkan tanaman dan mematikan listrik di banyak daerah saat menyapu seluruh negeri. Bencana itu terjadi pada akhir pekan yang diperpanjang untuk Hari Semua Orang Kudus, yang jatuh pada hari Selasa, ketika jutaan orang Filipina melakukan perjalanan untuk mengunjungi makam orang-orang terkasih.