Bantuan NATO dan AS Mengecewakan, Menlu Ukraina Minta Pasokan Senjata Dipercepat

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 30 November 2022 05:35 WIB
Jakarta, MI - Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk NATO, Robert Hunter menyatakan jumlah bantuan militer untuk Ukraina dari negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS sangat mengecewakan sehingga membuat negara itu terpuruk di bawah serangan Rusia. “Sangat mengejutkan bahwa aliansi yang dipimpin oleh AS sejauh ini belum berbuat lebih banyak dalam hal pertahanan anti-drone dan anti-rudal,” kata Hunter seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (30/11). Dia mengatakan bahwa dengan masuknya musim dingin yang ekstrem, Rusia akan menargetkan sumber energi Ukraina sehingga negara tersebut akan kehilangan sumber listrik dan pemanas ruangan. "Meskipun Ukriana terus berperang dengan gagah berani, namun Rusia akan mencoba mendapatkan keuntungan dengan menargetkan sumber listrik dan sumber panas di Ukraina," ujarnya. Dia juga menyatakan bantuan terhadap Ukraina harus dilakukan secepatnya sebagaimana disuarakan oleh menteri luar negeri Ukraina pada pertemuan para menteri luar negeri NATO di Bucharest. "Lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat, harus berarti segera, bukan sesuatu untuk dibicarakan dan mungkin dilakukan dalam beberapa bulan," ujarnya. Mantan diplomat AS itu mengatakan bahwa sejumlah langkah dapat diambil untuk melawan kehancuran yang dilakukan Rusia di Ukraina, bukan hanya memperbaiki kerusakan. AS dan NATO, sejujurnya, mengecewakan Ukraina, ujarnya. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menyerukan pengiriman senjata dan bantuan yang lebih cepat dari negara anggota NATO selain membantu memulihkan jaringan listrik. Kuleba menyatakan pasokan senjata yang dibutuhkan terutama sistem pertahanan udara canggih. “Ketika kami memiliki trafo dan generator, kami dapat memulihkan sistem kami, jaringan energi kami, dan menyediakan kondisi kehidupan yang layak bagi masyarakat,” kata Kuleba. Dia kemudian menambahkan bahwa ketika pihaknya memiliki sistem pertahanan udara maka pasukannya akan dapat melindungi infrastruktur ini dari serangan rudal Rusia berikutnya. Dia mengajukan permintaan itu setelah Sekjen NATO Jens Stoltenberg menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menargetkan infrastruktur dalam upaya untuk menggunakan musim dingin sebagai "senjata perang" melawan Ukraina.