Kecelakaan Bus Sekolah di Thailand Mirip Tragedi Paiton di Indonesia

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 3 Oktober 2024 21:01 WIB
Bus yang membawa guru dan siswa dari sekolah Wat Khao Phraya, terbakar, yang mengakibatkan 25 orang tewas dan lainnya cedera, di pinggiran Bangkok, Thailand, 1 Oktober 2024.
Bus yang membawa guru dan siswa dari sekolah Wat Khao Phraya, terbakar, yang mengakibatkan 25 orang tewas dan lainnya cedera, di pinggiran Bangkok, Thailand, 1 Oktober 2024.

Bangkok, MI — Sebuah bus yang membawa puluhan anak sekolah mengalami kecelakaan dan terbakar, menewaskan sedikitnya 25 orang di luar Bangkok, Thailand.

Sebanyak 44 orang berada di dalam bus tersebut ketika kecelakaan terjadi di jalan raya yang ramai di provinsi Pathum Thani pada Selasa (1/10/2024) sore. 

Jumlah penumpang termasuk 38 anak dan enam orang dewasa.

Menteri Dalam Negeri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan bahwa 22 anak sekolah dan tiga guru tewas dalam kebakaran tersebut.

Bus tersebut membawa anak-anak dan guru dari sekolah Wat Khao Sangkharam di provinsi Uthai Thani, di pinggiran utara Bangkok. Mereka sedang dalam perjalanan wisata, melewati ibu kota menuju Ayutthaya, kawasan yang populer di kalangan wisatawan karena kuil-kuil bersejarahnya.

Pihak berwenang mengatakan mereka yakin bus tingkat itu mengalami pecah ban, yang menyebabkan percikan api yang kemudian mengenai tangki bahan bakar sehingga menyebabkan kebakaran. 

Bus tersebut dioperasikan oleh Chinnaboot Tour dan menggunakan gas alam terkompresi (Compressed natural gas/CNG) yang sangat mudah terbakar.

Sembilan belas orang, termasuk 16 murid dan tiga guru, selamat dari kecelakaan itu, dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Tidak jelas mengapa beberapa orang dapat melarikan diri dari bus yang terbakar dan yang lainnya tidak.

Bus itu hangus terbakar ketika sejumlah polisi, petugas medis, pemadam kebakaran, dan personel militer tiba, dan berusaha mengevakuasi jenazah yang tersisa dari kendaraan yang terbakar.

Polisi Thailand mengatakan bahwa jenazah 20 anak dan tiga orang dewasa masih berada di dalam bus saat operasi untuk mengeluarkan mereka berlangsung.

Thailand memiliki salah satu catatan keselamatan jalan raya terburuk di seluruh dunia dan merupakan yang paling mematikan di Asia Tenggara. 

Setiap tahun, kecelakaan lalu lintas mengakibatkan sekitar 20.000 kematian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.

Kecelakaan sepeda motor merupakan penyebab sebagian besar kematian.

Mirip Tragedi Paiton

Kecelakaan bus yang mengangkut siswa di Thailand pada Selasa (1/10/2024) lalu itu pun mirip dengan tragedi Paiton di Indonesia oleh warganet.

Tragedi Paiton yang terjadi pada 8 Oktober 2003 lalu itu terjadi pada malam hari.

Kejadian bermula dari rombongan SMK Yayasan Pembina Generasi Muda (Yapemda) Sleman, Yogyakarta, yang melakukan darmawisata ke Bali menggunakan tiba bus AO Transport.

Kegiatan tahunan ini berjalan lancar, hingga tiba saat perjalanan pulang menuju Sleman.

Kala itu, bus kedua melewati tanjakan di tikungan Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi, tepatnya di kawasan Banyuglugur, Situbondo, Rabu (8/10/2003) malam.

Tiba-tiba sebuah truk kontainer memotong jalur dan menabrak bagian depan bus. Kondisi kian parah saat sebuah truk tronton dari arah belakang menabrak bus rombongan pariwisata.

Bus yang ditumpangi rombongan siswa dan guru SMK Yapemda itu pun terjepit dua truk hingga akhirnya terbakar.

Kebakaran dipicu dari kebocoran tangki bahan bakar truk bernomor polisi L 8493 F yang mengenai sekering bus.

Percikan api kemudian muncul di bagian depan bus yang ditabrak, sehingga membuat penumpang panik dan berlarian ke bagian belakang bus.

Malam itu, seluruh penumpang berusaha menyelamatkan diri dengan mencoba keluar dari pintu belakang bus.

Nahasnya, pintu belakang tak dapat dibuka karena tertabrak truk tronton. Tak adanya alat pemecah kaca turut menyebabkan seluruh penumpang terjebak di dalam bus.

Mereka pun terbakar dan tewas mengenaskan di dalam bus.

Jumlah korban Tragedi Paiton sebanyak 57 orang, terdiri dari 54 siswa, dua guru, dan satu pemandu wisata. 

Sementara itu, supir bus, Arwan, dan kernet bernama Budi Santoso berhasil selamat setelah melompat dari bus. 

Dua bus rombongan lain tak menyadari bahwa rekan mereka tertimpa kecelakaan saat perjalanan pulang.

Informasi terbakarnya bus kedua baru diketahui setelah rombongan tiba di Sleman.

Tak hanya itu, bus pada Rabu malam ternyata dikemudikan oleh kernet yang menjadi sopir cadangan. 

Sopir dan kernet juga sempat dikabarkan melarikan diri, tetapi dibantah oleh perusahaan otobus. 

Menurut pihak otobus, mereka berusaha membantu mengeluarkan penumpang dari bus, tetapi kebakaran begitu cepat terjadi sehingga tidak ada penumpang yang selamat. 

Api dengan cepat melahap bus karena adanya bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti tas dan karpet yang diletakkan di kursi penumpang.

Malam itu, warga sekitar PLTU Paiton mengatakan bahwa mereka menyaksikan kobaran api dan letupan kecil saat bus terbakar. Tak lama, petugas pemadam kebakaran pun datang untuk membantu memadamkan api.

Setelah api berhasil padam, petugas menemukan banyak korban tewas di bagian belakang bus, tepatnya di dekat pintu keluar. 

Para korban diduga berusaha membuka pintu yang macet setelah ditabrak truk di bagian belakang bus. Peristiwa ini pun memaksa RSUD Sitobondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es lantaran banyaknya jumlah korban. 

Saat itu, jenazah korban Tragedi Paiton ditempatkan di lorong karena ruang kamar mayat di RSUD Situbondo tidak mencukupi.

Topik:

Kecelakaan Bus Thailand Paiton