Tolak Usulan Trump Tinggalkan Palestina, Warga Gaza: 'Kami akan membangunnya kembali'

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 28 Januari 2025 14:10 WIB
Warga Palestina di Gaza Menolak Keras Usulan Trump untuk Meninggalkan Tanah Palestina (Foto: Ist)
Warga Palestina di Gaza Menolak Keras Usulan Trump untuk Meninggalkan Tanah Palestina (Foto: Ist)

Gaza, MI - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memicu kontroversi dengan komentarnya terkait konflik Palestina-Israel. Dalam pernyataannya di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump menyarankan agar wilayah Gaza "dibersihkan" dan penduduknya dipindahkan ke negara-negara tetangga seperti Mesir atau Yordania.

“Saya ingin Mesir menerima mereka, dan saya ingin Yordania menerima mereka. Kita bisa membangun perumahan di lokasi lain di mana mereka mungkin bisa hidup damai untuk pertama kalinya,” ucap Trump. Dikutip Selasa (28/1/2025).

Pernyataan ini datang lebih dari seminggu setelah gencatan senjata rapuh antara kelompok militan Hamas dan Israel, yang sempat mengakhiri babak baru ketegangan dan serangan mematikan di wilayah tersebut.

Warga Palestina di Gaza langsung merespons keras usulan tersebut, menilai pernyataan Trump sebagai bentuk pengabaian terhadap hak mereka atas tanah air dan sejarah mereka. 

Usulan tersebut juga mendapat penolakan dari Mesir dan Yordania, yang menegaskan pentingnya hak rakyat Palestina atas tanah air mereka. Liga Arab bahkan menyebut komentar Trump sebagai bentuk “pembersihan etnis.”  

Selama perang Hamas-Israel 15 bulan terakhir, lebih dari 90 persen populasi Gaza, yang mencapai 2,3 juta jiwa, telah mengungsi menurut perkiraan PBB. Hampir 60 persen bangunan di wilayah tersebut hancur atau rusak parah, berdasarkan analisis citra satelit oleh para akademisi di AS.

Setelah gencatan senjata yang mulai pada 19 Januari, warga Gaza yang sebelumnya mengungsi ke wilayah selatan kini diperbolehkan kembali ke wilayah utara, yang sebelumnya berada di bawah pengepungan Israel. Namun, kondisi di utara dipenuhi dengan reruntuhan bangunan akibat serangan.

Bagi banyak warga Gaza, kembali ke rumah yang telah hancur bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga sebuah bentuk perlawanan terhadap penindasan.

"Biarkan Trump mengatakan apa pun yang dia inginkan," kata Mahmoud Zebda, warga lain. 

Menurut Naser Mufrej, profesor di Universitas Amerika Arab di Ramallah, untuk membangun kembali Gaza,diperkirakan biaya yang diperlukan mencapai 40-50 miliar dolar AS selama satu dekade.

Saat ini, gencatan senjata memungkinkan 600 truk masuk setiap hari, tetapi sebagian besar membawa makanan dan obat-obatan, bukan material untuk membersihkan jutaan ton puing-puing.  

Bagi rakyat Palestina, setiap upaya untuk memindahkan mereka dari Gaza membangkitkan kenangan pahit tentang Nakba atau "bencana" tahun 1948, ketika mereka terusir dari tanah air mereka akibat pembentukan negara Israel.

“Kami akan membangunnya kembali. Ini tanah kami dan kami adalah anak-anaknya. Kami memahaminya dan tanah ini memahami kami. Tanah ini tidak akan pernah menerima negara lain selain kami," ungkap Hassouna. 

Topik:

presiden-amerika-serikat-as donald-trump warga-gaza konflik-israel-palestina