Banjir Terparah di China dalam Setengah Abad, 80 Ribu Warga Dievakuasi

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 Juni 2025 11:47 WIB
Banjir besar melanda China (Foto: Ist)
Banjir besar melanda China (Foto: Ist)

China, MI - Musim panas ekstrem melanda China dengan dua sisi yang kontras: gelombang panas menyengat di sebagian besar wilayah, sementara hujan deras memicu banjir besar di bagian barat daya. Akibatnya, lebih dari 80.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Kantor berita resmi Xinhua melaporkan bahwa hingga Selasa sore (24/6/2025), sekitar 80.900 warga di Provinsi Guizhou telah dievakuasi. Kabupaten Rongjiang menjadi salah satu wilayah terparah, dengan laporan genangan air hingga setinggi 3 meter menenggelamkan area publik, termasuk sebuah lapangan sepak bola.

“Banjir kali ini sangat buruk,” ujar Xiong Xin, anggota tim penyelamat yang berada di Rongjiang. Ia menyebut peristiwa ini sebagai banjir besar yang terjadi sekali dalam 50 tahun terakhir.

Seorang warga di daerah yang terdampak bencana mengatakan bahwa air naik dengan sangat cepat. “Saya tetap di lantai tiga menunggu penyelamatan. Sore harinya, saya telah dipindahkan ke tempat yang aman," ungkap warga tersebut.

Rekaman dari stasiun televisi negara CCTV menunjukkan banjir telah menggenangi desa-desa dan meruntuhkan sebuah jembatan di salah satu daerah pegunungan di provinsi tersebut. 

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, seorang sopir truk bernama You Guochun membagikan kisah dramatis saat dirinya berhasil diselamatkan ketika terjebak di ujung jembatan yang ambruk.

“Sebuah jembatan runtuh seluruhnya di depan saya. Saya sangat ketakutan," jelasnya.

Bantuan dari Pemerintah China

Pemerintah China mengalokasikan dana sekitar 100 juta yuan, setara dengan Rp227 miliar, untuk bantuan bencana di Provinsi Guizhou, menurut laporan kantor berita Xinhua. Selain Guizhou, banjir juga menerjang wilayah tetangga seperti Guangxi.

Sebelumnya, puluhan ribu orang dievakuasi di provinsi Hunan, China tengah, akibat hujan lebat. Hampir 70 ribu orang di China selatan juga direlokasi beberapa hari sebelumnya akibat banjir besar yang disebabkan oleh Topan Wutip.

Pekan lalu, pemerintah China mengeluarkan peringatan merah pertama tahun ini untuk banjir bandang di enam wilayah. Di saat yang sama, Beijing juga mengeluarkan peringatan panas tertinggi kedua di ibu kota pada salah satu hari terpanas sepanjang tahun ini.

Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas yang pernah dialami China, dan empat tahun terakhir merupakan periode terhangat dalam sejarah negara itu.

Meski menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, China juga berada di garis depan dalam pengembangan energi terbarukan. Pemerintah negara itu menargetkan pengurangan emisi karbon dioksida hingga nol pada 2060, dilansir dari CNA.

Topik:

banjir-di-china hujan-deras musim-panas-ekstrem