Polisi Periksa Polisi di Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 3 Oktober 2022 17:14 WIB
Jakarta, MI - Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo, mengungkapkan Inspektorat Khusus (Itsus) dan Divisi Profesi dan Pengamanan (Div Propam) Mabes Polri memeriksa sejumlah pimpinan dan anggota Polri  pemegang senjata pelontar gas air mata yang memicu kericuhan usai laga Arema vs Persebaya yang memakan korban 450 orang, 125 diantaranya meninggal dunia. “Tim dari Itsus dan Propam sudah melakukan pemeriksaan dan ini dilanjutkan pemeriksaan. Memeriksa anggota yang terlibat langsung dalam pengamanan (laga Arema Vs Persebaya),” kata Dedi kepada wartawan, Senin (3/10). Menurutnya, pemeriksaan tidak hanya dilakukan terhadap anggota yang berada di lapangan, tapi juga di level pimpinan. Dengan begitu dapat diketahui siapa yang memberikan komando untuk menembakkan gas air mata. “Itsus dan dari Propam sedang memeriksa di level manajerial pengamanan di lapangan,” tegasnya. Selain itu, Itsus juga telah memeriksa 18 orang anggota Polri yang memegang senjata pelontar gas air mata. “Ya sudah dilakukan pemeriksaan terhadap 18 orang anggota yang bertanggung jawab atau sebagai operator pemegang senjata pelontar, ya ini sedang dimintai keterangan dan didalami oleh tim dari Itsus maupun dari Propam,” ujarnya. Kemudian, pihaknya juga bakal memeriksa manajer pengamanan atau pimpinan Polri menjadi penanggungjawab pengamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang “Saat ini kami mendalami terkait masalah manajer pengamanan, mulai dari pangkat perwira sampai dengan Pamen, sedang didalami,” ungkap dia. Untuk itu, Dedi mengatakan, pihaknya baru meminta keterangan dari sejumlah pihak karena mengedepankan kehati-hatian agar cermat dalam proses penelusuran apabila ada unsur pelanggaran etik yang dilakukan anggota Polri dalam tragedi Kanjuruhan, Malang. “Saya ulangi lagi ya, saat ini sedang dimintai keterangan atau didalami di level manajerial pengamanan di lapangan. Itu dulu, biar tim bekerja dulu dan jangan terburu buru. Asas kehati-hatian, kemudian ketelitian, kemudian kecermatan juga menjadi standar dari tim ini,” pungkasnya. Sementara itu, tim Indonesia Automatic Fingerprint System (Inafis) bekerja sama dengan tim Disaster Victim Investigation (DVI) telah mengidentifikasi sebanyak 125 jenazah korban tragedi Kanjuruhan. "Kemudian tim Inafis juga nanti kerja sama dengan Labfor karena setelah berhasil analisis semua CCTV, tim DVI akan lakukan identifikasi terkait terduga pelaku perusakan, baik di dalam stadion maupun luar stadion," katanya. Diketahui, tragedi Kanjuruhan terjadi setelah laga Arema FC versus Persebaya usai di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Tuan rumah Arema kalah dalam pertandingan itu dengan skor 2-3. Dari sejumlah rekaman video amatir yang tersebar di media sosial, terlihat aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk mengendalikan ribuan suporter. Akibatnya, para suporter berlarian menyelamatkan diri menuju pintu keluar yang sempit hingga terjadi desak-desakan dan jatuhnya korban jiwa. Dalam kejadian itu, para suporter juga melakukan perusakan dan pembakaran sejumlah kendaraan milik kepolisian yang berada di dalam dan luar Stadion Kanjuruhan.
Berita Terkait