Teka-teki Dugaan Bunuh Diri Brigadir RAT

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 29 April 2024 15:30 WIB
Jenazah Brigadir RAT tengah dibawa pihak keluarga dari RS Polri Kramat Jati untuk diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu (28/4/2024)
Jenazah Brigadir RAT tengah dibawa pihak keluarga dari RS Polri Kramat Jati untuk diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu (28/4/2024)
TEPAT pukul 18.25 WIB, Kamis (25/4/2024), Brigadir Polisi (Brigpol) Ridhal Ali Tomi (RAT) ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa,  di Jalan Mampang Prapatan,Jakarta Selatan (Jaksel).

Jasad Brigadir RAT pertama kali ditemukan oleh anggota Yonif 210 Bobbi Adi Marta dan seorang karyawan bernama Mario Fransisco Pordasi.

Di kursi mobil Toyota Alphard berwarna hitam, nomor polisi (nopol) B 1544 QH, sabuk pengaman Anggota Polantas Polresta Manado, Sulawesi Utara itu masih terpasang.

Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan menyebut ada luka tembak di bagian kepala korban, tepatnya di pelipis kanan yang menembus ke kiri. 

Keterangan pihak yang berwajib menyebut peluru yang menghabisi nyawa Brigadir RAT juga menembus atap mobil. Senjata api jenis HS ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Sementara Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal mengatakan kasus ini bukan penembakan, melainkan bunuh diri. “Iya, bunuh diri menembak kepalanya menggunakan senpi [senjata api],” ucap Ade Rahmat, Jum'at (26/4/2024).

Hingga Minggu (28/4/2024) kemarin, para petugas kepolisian masih keluar-masuk rumah di Jalan Mampang Prapatan yang menjadi saksi bisu detik-detik terakhir Brigadir RAT.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro menyebut pihaknya akan merilis kasus ini pada Senin (29/04) meski waktunya belum dipastikan. Kematian Brigadir RA yang dinilai tidak wajar mengundang banyak misteri yang berbuntut spekulasi di khalayak.

Sempat muncul berita bahwa 15 CCTV di TKP mati, meski pemilik rumah dan aparat kemudian membantahnya. Terdapat pula perbedaan versi antara polisi dan keluarga tentang alasan Brigadir RAT, yang bertugas di Manado tetapi ditemukan tak bernyawa di Jakarta, berada di ibukota.

Ini bukanlah kejadian pertama anggota polisi ditemukan tewas dan kematiannya menimbulkan spekulasi. Pada 22 September 2023, Brigpol Setyo Herlambang, ajudan pribadi Kapolda Kalimantan Utara Irjen Daniel Aditya Jaya, ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda. Sepucuk senjata api jenis HS ditemukan di sampingnya.

Pada 6 Februari 2023, jasad Bripka Arfan Saragih ditemukan di Desa Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Dia diduga bunuh diri dengan meminum racun sianida.

Apa kata kriminolog?
Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, misalnya, menyebut kasus meninggalnya anggota kepolisian seringkali berhenti di fokus penyebab kematian, bukan kepada motifnya.

Dia juga mengatakan publik juga akan menyoroti kasus kematian Brigadir RA karena kasus Ferdy Sambo masih melekat dalam ingatan mereka.

“Harus dibuka seterang benderang mungkin biar tidak muncul asumsi-asumsi liar. Masyarakat tentunya juga akan mencatat bagaimana kejadian kasus pembunuhan oleh Irjen Ferdy Sambo yang di awal juga disampaikan bahwa itu kasus bunuh diri, kemudian tembak menembak yang faktanya ternyata tidak demikian,” ujarnya kepada wartawan, Senin (29/4/2024).

Pada Jum'at 8 Juli 2022 lalu, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas di rumah salah satu pejabat Polri, belakangan diketahui sebagai Ferdy Sambo yang saat itu itu menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.

Awalnya, Yosua disebut terlibat tembak menembak dengan Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dan melecehkan Putri Chandrawati, istri Ferdy Sambo.

Kasus itu kemudian bergulir dan berujung kepada divonis matinya Ferdy Sambo setelah hakim menyatakan dirinya terbukti bersalah atas pembunuhan berencana terhadap Yosua. Eliezer dan Putri juga dihukum penjara atas keterlibatan mereka dalam kasus itu.

Lucky Nurhadiyanto, kriminolog dari Universitas Budi Luhur, menggarisbawahi “bias di mata publik” mengingat semangat esprit de corps umumnya cukup mendominasi kasus yang melibatkan aparat penegak hukum.

“Kasus [Brigadir RA] dapat dipandang sebagai bentuk bunuh diri altruistik guna ‘menyelamatkan’ kepentingan pihak-pihak tertentu, bisa keluarga atau organisasi terlebih di tengah upaya perbaikan citra kepolisian sekarang ini,” ujarnya.

Bagaimana kronologinya?
Dalam Rekaman CCTV, memperlihatkan mobil Toyota Alphard berwarna hitam berhenti di halaman rumah warga di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan pada Kamis (25/4/2024).

Toyota Alphard bernomor polisi B 1554 QH itu kemudian bergerak menyerong ke kanan dan membentur bagian depan mobil berwarna putih yang diparkir di sana. Seorang saksi mata terlihat mendatangi mobil hitam itu dan mengecek bagian dalam mobil. Dia kemudian segera berlari tak lama setelah melihat sesuatu.

Tidak lama, orang-orang mulai mulai berdatangan mendekati mobil.Menurut keterangan saksi mata, warga mendatangi lokasi kejadian setelah mendengar suara benturan mobil. Saat mengintip ke dalam, Brigadir RAT ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan luka di kepala. Posisinya berada di kursi pengemudi sebelah kanan.Sabuk pengaman almarhum masih terpasang.

Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan menyatakan luka tembak berada di pelipis kanan korban yang menembus ke kiri. Peluru yang menewaskan Brigadir RA Tdisebut menembus atap mobil. Bahkan,Polisi menemukan senjata api jenis HS ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengonfirmasi Brigadir RAT adalah polisi yang berdinas di Polresta Manado. “Dari keterangan saksi dan juga barang bukti serta digital forensik yang kami dapatkan kami menyimpulkan dugaan sementara yang bersangkutan melakukan bunuh diri," ujar Bintoro.

Motif bunuh diri Brigadir RAT masih didalami. Kendati begitu, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal menyebutnya sebagai masalah pribadi.

Kesimpulan awal itu dicapai melalui olah TKP, pemeriksaan sebanyak 13 saksi, dan rekaman CCTV. Hingga kini para petugas kepolisian masih menginvestigasi TKP.

Bintoro menyebut pihaknya akan merilis temuan lanjutan kasus pada Senin (29/4/2024) ini meski waktunya belum dipastikan.

Secara terpisah, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal menyebut Brigadir RA sedang cuti saat kejadian. Adapun mobil Toyota Alphard yang dikendarai Brigadir RA dilaporkan milik kerabatnya.

Pemilik rumah, Indra Pratama, mengonfirmasi Brigadir RA menginap di rumahnya dalam satu minggu terakhir. Indra yang seorang pengusaha mengaku mengenal Brigadir RA saat berkunjung ke Manado.

Sementara itu, Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi mengonfirmasi pada Sabtu (27/4/2024) bahwa keluarga Brigadir RA telah menerima jenazah almarhum untuk kemudian diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Pihak keluarga, menurut Yossi, tidak bersedia autopsi dilakukan terhadap Brigadir RAT. “Hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa dilakukan autopsi,” ujar Yossi kepada Antara.

Di sisi lain, penjelasan polisi mengenai alasan Brigadir RAT berada di Jakarta berbeda dengan keterangan keluarga. Novita Husain, istri Brigadir RAT, mengutarakan alasan suaminya berada di ibukota, menjadi ajudan pejabat Polri.

Meski tidak menyebut nama pejabat yang dimaksud, Novita mengonfirmasi bahwa atasan suaminya adalah seorang polwan. Novita menjelaskan Brigadir RAT sudah berada di Jakarta dalam beberapa bulan terakhir untuk pekerjaan. 

Dia mengaku suaminya sempat meneleponnya saat masih hidup dan mengaku tidak nyaman dengan pekerjaannya. Novita dan Brigadir RAT dikaruniai tiga anak. Novita sendiri tidak percaya suaminya itu bunuh diri.

Bias di mata publik?
Kriminolog dari Universitas Budi Luhur, Lucky Nurhadiyanto menyoroti adanya bias di mata public, mengingat semangat esprit de corps umumnya cukup mendominasi kasus yang melibatkan aparat penegak hukum.

“Kasus [Brigadir RA] dapat dipandang sebagai bentuk bunuh diri altruistik guna ‘menyelamatkan’ kepentingan pihak-pihak tertentu, bisa keluarga atau organisasi terlebih di tengah upaya perbaikan citra kepolisian sekarang ini,” katanya.

Lucky menambahkan bahwa kasus ini memiliki kealpaan berdasarkan dua aspek: perbedaan latar belakang keterangan dinas korban dan posisi korban yang justru tidak berada di lingkup kerja kepolisian.

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, menyebutkan beberapa contoh kejadian di mana anggota kepolisian meninggal dunia secara tidak wajar.

Beberapa kasus tersebut di antaranya adalah Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu yang tewas tertabrak kereta di Stasiun Jatinegara pada 1 Mei 2023.

Pada 22 September 2023, Brigpol Setyo Herlambang, ajudan pribadi Kapolda Kalimantan Utara Irjen Daniel Aditya Jaya, ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda.

Pada 6 Februari 2023, jasad Bripka Arfan Saragih ditemukan di Desa Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Dia diduga bunuh diri dengan meminum racun sianida.

Dalam kasus Brigadir RA, pengamat Bambang Rukminto mengatakan profesi Brigadir RAT saat masih hidup dilaporkan anggota satuan lalu lintas berarti dirinya keluar wilayah saat kejadian.

Menurut Bambang, hal ini perlu diperdalam karena Brigadir RA tidak mungkin berada di luar wilayah tanpa seizin atasannya. “Apalagi dia membawa senjata api. Sangat jarang sekali seorang anggota satuan lalu lintas membawa senjata api [dan] keluar wilayahnya. Dalam rangka apa? Makanya layak diusut kepemilikan senjata apinya,” jelasnya.

Bambang juga mengatakan publik juga akan menyoroti kasus kematian Brigadir RAT karena kasus Ferdy Sambo masih melekat dalam ingatan mereka. “Harus dibuka seterang benderang mungkin biar tidak muncul asumsi-asumsi liar. Masyarakat tentunya juga akan mencatat bagaimana kejadian kasus pembunuhan oleh Irjen Ferdy Sambo yang di awal juga disampaikan bahwa itu kasus bunuh diri, kemudian tembak menembak yang faktanya ternyata tidak demikian,” ujarnya.

Terpisah, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menyoroti adanya perbaikan dalam birokrasi dan administrasi Polri sehingga pendekatan-pendekatan bawah tangan atau faktor kedekatan untuk menghindari tugas yang berat ataupun sanksi menjadi tidak berlaku lagi.

“Misalnya saya sebagai anggota polisi [jika] dipindahkan ke daerah yang jauh, dulu saya bisa melakukan pendekatan sana-sini sehingga saya tidak jadi dipindahkan. Tentu itu perlu ada imbalan. Sekarang ini makin kecil kemungkinan itu, tertutup malah,” beber Adrianus.

Adrianus berpendapat hal ini bisa menjadi faktor seseorang untuk mengambil jalan yang fatal, terlebih budaya polisi di Indonesia yang sangat memuja senjata. “Senjata di laki-laki [seolah] menjadi istri kedua,” ujarnya.

Selain itu, Adrianus juga menyebut pandangan masyarakat yang cenderung menilai polisi sebagai “orang yang berpunya”. Hal ini, menurut Adrianus, juga bisa memberi tekanan terhadap anggota polisi. “Kalau ada anggota polisi miskin itu, dianggap ‘bodoh’ dan ‘enggak bisa nyari proyek’. Itu bisa mengalami konflik peran,” sambungnya.

Sementara itu, Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan pihak kepolisian perlu lebih transparan dalam menyampaikan ada atau tidaknya tindak pidana dalam kasus Brigadir RA.

“Harus diutamakan profesionalitas atau scientific investigation dan mengurangi pemberitaan negatif terkait kasus ini dan sejenis, sisi individual maupun kelembagaan,” tuturnya.

“Simpang siur seperti ini harus dibuat clear [jelas] karena informasi di media sosial melebar. Jadi dalam hal tidak saja polisi yang turun tangan secara internal tapi lembaga eksternal pengawas kepolisian (Kompolnas) bisa ikut memberi penjelasan lebih akurat,” timpalnya.

Bundir: masalah pembinaan mental
Bambang Rukminto menyebut rangkaian kejadian bunuh diri (bundir) di unsur kepolisian (apabila terbukti bunuh diri) memperlihatkan adanya masalah dalam pembinaan mental yang harus dievaluasi.

“Kalau memang benar-benar ditemukan bunuh diri, ini penting sekali, Mereka ini dibiayai negara melalui APBN. Kalau kita membiayai personel yang memiliki mentalitas yang rapuh kan negara dirugikan. Makanya perlu dituntaskan,” ujar Bambang.

Di sisi lain, Bambang menyebut penting sekali bagi polisi untuk benar-benar menyelesaikan kasus ini dan diungkap secara terang benderang. “Jangan sampai kasus ini berhenti hanya terkait kematian anggota polisi tetapi tidak memberikan dampak perbaikan kepada institusi kepolisian. Kalau itu bisa disampaikan dengan transparan tentunya bisa menjawab asumsi-asumsi di masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, Lucky Nurhadiyanto, mengakui adanya dampak simalakama bagi kepolisian dalam upaya memperdalam kasus kematian Brigadir RAT. “Jika lanjut pada tahap penyidikan maka diperlukan pengerahan sumber daya kepolisian yang optimal. Sedangkan jika kasus ini ditutup tentu akan menimbulkan ‘kecurigaan’ di masyarakat,” ujar Lucky.

“Tentu kedua sikap ini membutuhkan pertimbangan yang matang dari penyidik melalui keberadaan alat bukti yang cukup, sehingga pihak kepolisian mampu dengan bijak menyimpulkan dugaan bunuh diri atau pidana dalam kasus ini,” pungkasnya.

Kompolnas buka suara
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mendesak Polri untuk segera mengusut kasus tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi yang diduga bunuh diri secara profesional.

"Kami mendukung dilakukannya lidik sidik secara profesional berdasarkan scientific crime investigation," kata Komisioner Kompolnas Poengky Indarti kepada wartawan, Senin (29/4/2024).

Lebih jauh, Poengky menerangkan saat ini pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan Polda Metro Jaya guna memantau penanganan kasus tersebut. Selain itu, saat ini pihak dari Polres Metro Jakarta Selatan tengah melakukan pemeriksaan terhadap saksi terkait kasus tersebut.

"Saat ini Polres Jakarta Selatan masih melakukan pemeriksaan terkait meninggalnya Brigpol RA, termasuk akan melakukan otopsi dan memeriksa saksi-saksi untuk menyelidiki apa permasalahannya yang mengakibatkan Brigpol RA diduga bunuh diri. Mohon ditunggu hasilnya," katanya.

Tak hanya itu, Poengky juga mengucapkan rasa dukanya atas meninggalnya Brigadir RA. "Kami turut berduka cita atas meninggalnya Brigpol RAT," imbuhnya.

Kejanggalan Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT), selengkpanya klik di sini

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Topik:

Brigadir RAT Bunuh Diri Pembunuhan